..

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

Posting Komentar

Maya Fasindah, M.Pd

CGP Angkatan 6 Kab. Kep. Meranti, Riau

Assalamualaikum sahabat maya semuanya … apa kabarnya hari ini? Kali ini saya mau memaparkan jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 tentang budaya positif dengan menerapkan model 5 yaitu: Connection, challenge, concept, change (4C)

Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk
digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini, yaitu:
1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru
Penggerak?
2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang
Anda jalankan selama ini?
3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting
untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru
Penggerak?
4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini.

1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak?

Sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) saya menyadari salah satu amanah yang harus saya lakukan adalah belajar serta membagikan ilmu yang sudah saya peroleh selama pendidikan ini.

Pada Modul 1.4 ini saya belajar tentang Budaya Positif, dimana pada modul ini saya belajar tentang bagaimana membangun Disiplin Positif, mengetahui Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, bagaimana menciptakan Keyakinan Kelas, mengetahui apa saja Kebutuhan Dasar Manusia, bagaimanan cara penyelesaian masalah menggunakan Segitiga Restitusi.

Lalu " Apa hubungan antara CGP dengan Budaya Positif ?" Sebagai CGP yang diharapkan nantinya mampu menggerakkan guru, komunitas dan lingkungan membuat perubahan pendidikan, maka CGP harus memulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekatnya, yaitu sekolah tempat CGP mengajar. CGP harus bisa menjadi pelopor penumbuhan maupun penguatan Budaya Positif di lingkungan tempat mengajar.

Menjadi guru biasa tidak sulit. Menjadi guru luar biasa juga tidak mudah, banyak hal-hal yang harus dipelajari baik itu masalah atitude, bagaimana mengajar di kelas, bagaimana mengatasi anak, bagaimana sehari-hari dengan anak, hal ini tentu saja harus ada pembiasaan positif. Sama halnya dalam bercocok tanam, kita telah memilih bibit unggul tentu saja tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja, harus ada pembiasaan yang baik seperti memilih lahan yang tepat, menyiram serta membuang semua hama yang dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman sehingga dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas nantinya. Sama halnya dengan murid mereka ibarat bibit unggul, jika guru menyia-nyiakannya, maka mereka tidak akan bertumbuh dan berkembang dengan baik.

2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini?

Budaya Positif sebenarnya sudah di praktikkan di sekolah saya, namun setelah saya mempelajari Modul 1.4 ini ditambah setelah mendapat penguatan melalui Elaborasi Pemahaman, ternyata banyak hal terkait dengan Budaya Positif yang perlu saya perbaiki langkah dan strateginya.

Salah satu contohnya adalah tentang penghargaan, selama ini saya beranggapan bahwa penghargaan yang saya praktekkan akan mampu menuntun murid untuk termotivasi dan terbiasa disiplin, tapi ternyata penghargaan itu memiliki dampak yang sama dengan hukuman. Sama-sama akan menggiring anak pada identitas gagal, penghargaan hanya akan efektif untuk jangka pendek.

Begitu juga dengan hukuman, ternyata selama ini saya berada di posisi penghukum dan teman, ternyata kesemuanya itu adalah keliru. Sebagai guru, setidaknya saya harus berada pada posisi manajer, yaitu membantu permasalaham murid dengan menggunakan strategi segitiga restitusi terkait dengan keyakinan kelas. Selain itu suasana positif juga mendukung anak dalam proses pembelajaran.

Suasana yang positif tentu sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Sekolah adalah rumah kedua bagi mereka, begitu juga dengan guru dan orang-orang yang ada di lingkungan sekolah, menjadi orangtua kedua bagi mereka. Layaknya sang anak kerika berada di rumah tentulah rumah dalah satu-satunya tempat ternyaman sehingga mereka bisa berinteraksi dengan baik, mengeluarkan segala keluh kesah, mereka merasa bahwa sekolah adalah tempat menjalin hubungan kerja sama yang baik, saling meghargai, saling menghormati, mengerti akan tugas dan tanggung jawab mereka dan mereka paham bahwa sekolah dan belajar adalah tempat yang menyenangkan bukan beban bagi mereka.

3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

Cukup banyak konsep penting dari Modul 1.4 yang harus saya pelajari dan kembangkan sebagai CGP antara lain, penyelesaian masalah dengan Restitusi. Seperti halnya pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa anak berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, karena itulah perlunya kita menyesuaikan diri di era digital ini.

Begitu juga dengan permasalahan dalam kelas/sekolah pasti akan selalu ada, disinilah tugas guru di uji bagaimana menemukan cara menyelesaikan permasalahan dengan bijaksana menanyakan apa hal-hal yang psitif dan apa pula hal-hal yang negatif terkait keyakinan kelas yang telah disepakati bersama.

Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b sangat perlu saya kembangakan dalam perkembangan kompetensi guru penggerak.

Pelaksanaan pembelajaran itu antara lain:

a. interaktif;

b. inspiratif;

c. menyenangkan;

d. menantang;

e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan

f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini.

Perubahan yang ingin saya lakukan dalam menumbuhkan Budaya Positif disekolah adalah menempatkan diri pda posisi kontrol Manajer, mengajak murid-murid untuk membentuk keyakinan kelas sebagai landasan merek dalam berprilaku, menyelesaikan segala permasalahan dengan langkah Segitiga Resitusi.

Memang tidak mudah untuk membuat suatu perubahan, namun Insyaalllah dengan keyakinan diri serta dukungan lingkungan, saya yakin secara bertahap proses penumbuhan Budaya Positif akan semakin baik.

Saya juga berharap pada diri saya untuk lebih menguasai IPTEK terkait metode pembelajaran berbasis IT, sehingga murid-murid dapat memanfaatkan tekhnologi dengan baik sehingga menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi mereka mengingat sekolah kami adalah sekolah kejuruan yang siap bekerja setelah tamat sekolah. Salah satunya dengan menjadi blogger dan penulis, saya akan berusaha membuka lapangan usaha yang mampu menghasilkan cuan bagi guru dan siswa jika mau mengembangkan skill nya dalam hal tulis menulis.

Melalui kegiatan dan bekal pemantapan ini, semoga saya benar-benar mampu menjalankan amanah guru penggerak yang luar biasa ini yang benar-benar mampu menggerakkan warga sekolah terutama menggerakkan hati mereka agar tidak terpaksa dan hanya melepas kewajiban saja. Mengingat guru yang mengajar tidak pernah lebih dari dua tahun, dan masih terindikasi pemimpin yang membedakan ras.

Sekian paparan saya dalam refleksi Dwimingguan Pendidikan Calon Guru Penggerak Modul 1.4 tentang Budaya Positif, semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada modul-modul berikutnya. 





















Maya Fasindah
Blog seorang guru dan alhamdulillah seorang penulis yang masih terus belajar dan belajar.

Related Posts

Posting Komentar