Wednesday, 1 March 2023

Koneksi Antar Materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Modul 3.2

Pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggungjawab untuk memimpin dan bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama, Idealnya seorang pemimpin mempunyai kekuasaan yang dilimpahkan kepadanya. Kekuasaan tersebut merupakan alat dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Oleh karena itu, agar tugas kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik maka digunakan strategi. Strategi yang dipilih bergantung kepada seberapa tinggi penegetahuan dan keterampilan pimpinan dalam membuat dan mengembangkan serta memilih strategi yang cocok. Kepemimpinan juga memiliki dua dimensi, yaitu: pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau komunitas.

Sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya. Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

1. Murid

2. Kepala Sekolah

3. Guru

4. Staf/Tenaga Kependidikan

5. Pengawas Sekolah

6. Orang Tua

7. Masyarakat sekitar sekolah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

1. Keuangan

2. Sarana dan prasarana

Materi yang dipelajari pada modul 3.2 yaitu Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya. Adapun pembahasannya lebih menekankan pada satu pendekatan yaitu yang dikenal sebagai Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Aset Based Thinking). Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan bermodal kekuatan dan potensi yang ada dalam diri kita sendiri. Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset berfokus pada potensi/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang berorientasi pada masa depan bukan berfokus pada masalah/isu.

Berbekal pemahaman yang telah saya peroleh melalui materi yang ada pada modul 3.2 ini, maka saya mampu melihat kekuatan/potensi diri yang saya miliki selama ini. Kekuatan/potensi tersebut merupakan aset bagi diri saya sebagai seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada. Baik sumber daya yang ada di kelas, sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dalam implementasinya, langkah pertama yang akan saya lakukan dalam proses pembelajaran di kelas adalah memanfaatkan potensi dan kekuatan yang di miliki oleh murid. Saya yakin, bahwa setiap murid memiliki potensi yang ada dalam diri mereka. Potensi yang dimilki oleh setiap murid tentunya berbeda-beda (berdiferensiasi). Keberagaman potensi yang dimiliki murid ini merupakan salah satu aset bagi saya dalam mengelola sumber daya sehuingga mampu menciptakan karya menurut kreatifitas mereka masing-masing. Murid dapat berinovasi mengembangkan kreativitasmya dengan menerapkan ide-ide yang mereka miliki. Memanfaatkan ruang kelas sebagai sarana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi murid.

Implementasi selanjutnya yaitu untuk sekolah, saya akan memberdayakan potensi/aset yang dimiliki oleh sekolah. Baik itu potensi yang dimiliki oleh kepala sekolah, guru, tenaga staf, murid, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Karena hal tersebut akan berdaya dukung untuk mensukseskan program-program yang di buat oleh sekolah. Melibatkan seluruh komponen sekolah untuk turut mendukung dan bekerja sama dalam satu sinergi agar mampu mengembangkan eksistensi sekolah. Mengajak semua komponen sekolah merancang suatu program dalam pengembangan kreativitas baik murid mapun gurunya. Mengajak semua komponen sekolah untuk terlibat dalam realisasi potensi yang mereka miliki. Implementasi bagi lingkungan masyarakat sekitar adalah dalam bentuk komunikasi sosial kemasyarakatan. Menjalin hubungan sosial dengan baik kepada seluruh warga sekitar sekolah. Membina hubungan kerjasama lewat komite sekolah yang ada.

Muatan materi yang ada dalam modul 3.2 ini merupakan keterpaduan yang sistematis dari keseluruhan rangkaian dari materi yang ada dalam modul sebelumnya. Pemikiran dan filosofi tentang pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara merupakan sebuah tonggak sejarah pendidikan di Indonesia. Dalam perannya, guru adalah pemimpin pembelajaran yang menuntun murid agar mencapai kebahagiaannya sesuai dengan kodratnya. Guru sebagai seorang pemimpin dalam pembelajaran seyogyanya mampu melihat kekuatan dan potensi yang di miliki oleh murid. Karena hal ini merupakan bagian komponen biotik dalam komunitas sekolah yang dapat dijadikan aset/modal dalam penyelenggaraan program sekolah sebagai salah satu kekuatan untuk membangun dan mengembangkan pendidikan.

Dalam implementasinya, seorang pemimpin pembelajaran membutuhkan strategi-strategi yang relevan. Salah satu strategi yang digunakan adalah strategi dalam pengambilan keputusan. Untuk mengambil satu keputusan yang tepat dan efektif tentu dibutuhkan kemampuan menetapkan paradigma dan prinsip-prinsip serta pengujian. Dalam hal ini seorang pemimpin adalah personal yang memiliki kecakapan tertentu dan sebagai bagian dari aset/modal terbesar yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Dalam sebuah komunitas tentu memiliki aset/modal yang salah satunya adalah modal manusia dengan potensi dan kekuatannya masing-masing. Karena setiap manusia tentu memiliki potensi dan kekuatan yang berbeda-beda. Hal ini terkait juga dengan materi pembelajaran berdiferensiasi, bahwa setiap manusia tumbuh dan berkembang dengan segala perbedaan. Jika segala perbedaan itu dapat bekerja bersama dalam sinergitas sebuah komunitas maka akan tercipta kekuatan besar untuk mencapai keberhasilan bersama.

Sebelum mempelajari materi pada modul 3.2 ini, saya cenderung melihat sebuah komunitas hanya pada kekurangan yang ada, masalah yang sedang terjadi, kendala yang sedang dihadapi. Segala sesuatu yang ada dalam komunitas tersebut, saya lihat dengan cara pandang yang negatif tanpa melihat adanya kekuatan/potensi yang dimiliki oleh komunutas tersebut. Tetapi setelah saya mempelajari dan memahami materi pada modul 3.2 ini, satu pemikiran baru saya dapatkan terhadap cara pandang pada sebuah komunitas. Yaitu pengelolaan sumber daya sebagai aset/kekuatan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Saya yakin bahwa pengelolaan sumber daya sebagai aset/kekuatan (Aset Based Thinking) adalah merupakan sebuah konsep untuk menemukan dan mengenali hal-hal positif. Dengan menggunakan potenssi sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi positif. Saya menjadi sadar bahwa kekuatan untuk membangun sebuah komunitas adalah terletak pada potensi yang dimiliki oleh setiap komponen yang dimiliki oleh komunitas tersebut. Dan cara memaksimalkan pemanfaatan aset dan kekuatan itu tentunya terletak pada kemampuan dan kecakapan seorang pemimpin dalam mengambil satu keputusan yang tepat dan berdaya guna bagi seluruh bagian komunitas baik internal maupun eksternal.

Pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Implementasidi dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.

Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.

Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.

Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.

Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik.

Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.

Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.

Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.

Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.

Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif.

Contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang terdiri dari sumber daya modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansioal, modal agama dan budaya akan sangat berpengaruh terhadap kulitas proses pembelajaran. Maka dari itu, pengelolaan harus dilakukan secara tepat. Setiap sumber daya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus bisa mengidentifikasi aset yang dimiliki sebagai kelebihan dari sumber daya, manfaatkan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan mengesampingkan kekurangan yang ada, fokus pada kekuatan dan dukungan yang dimiliki agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan berkualitas.

Beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang didapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.

Modul 1.1.

Ki Hajar Dewantara membedakan kata Pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti dan tujuan pendidikan. Pengajaran (Onderwijs) adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan bathin. Sedangkan pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Semboyan Pendidikan menurut Kihajar Dewantara adalah "Ing ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Kaitannya dengan pengelolaan sumber daya adalah pemimpin pembelajaran mengelola sumber daya yang ada (siswa) sesuai dengan kodratnya, karena sejatinya setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikan contoh, dorongan dan motivasi dalam pengelolaan sumber daya agar menjadi efektif.

Modul 1.2

Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif.

Modul 1.3

Pengelolaan sumber daya bisa dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Sesuai dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, Jabarkan rencana).

Modul 1.4.

Agar pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan salah satunya adalah budaya positif dalam melakukan kesepakatan kelas. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada lagi pembelajaran yang memberikan hukuman versus hadiah. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer. Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.

Modul 2.1

Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus bisa melayani setiap kebutuhan siswa. hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.

Modul 2.2

Sadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional Casel adalah sebagai berikut: Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi). Kesadaran diri meliputi kemampuan memahami proses belajar dan pemikiran diri, mengembangkan sikap percaya diri dan memahami perasaan, minat, nilai dan kekuatan.
Kesadaran Sosial (Empati). Kesadaran sosial meliputi pemahaman perbedaan perspektif dan berempati, mengenali dan menghargai persamaan maupun perbedaan, memanfaatkan sumber daya di rumah, sekolah dan komunitas secara efektif.
Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus). Pengelolaan diri meliputi mengelola stress, mengontrol impuls dan ketekunan dalam menghadapi hambatan, atau sering disebut dengan Mengelola emosi dan fokus). Stop/ Behenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukaTake a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda?Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuangnapas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. Fokus pada pilihan Anda yang terbaik saat ini. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai.
Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Dalam pengambilan keputusan yang bertanggungjawab mempertimbangkan faktor etika, akademik, standard masyarakat dalam membuat pilihan dan keputusan. Memberikan Kontribusi terhadap perwujudan dan wellbying sekolah dan komunitas.
Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Ketrampilan resiliensi meliputi: membangun hubungan yang sehat berlandaskan kerjasama dan sikap hormat. menolak tekanan sosial yang tidak tepat. mencegah dan mengelola serta menyelesaikan konflik. Mencari pertolongan bila membutuhkan.

Modul 2.3

Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, Sebagai seorang ‘pamong’. Guru dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Pentingnya proses coaching dalam pengelolaan sumber daya yaitu

Proses untuk mengaktivasi kerja otak murid.

Pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi.

Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya.

Keterampilan Coaching meliputi:

Keterampilan membangun hubungan baik (kemitraan)

Keterampilan berkomunikasi

Keterampilan memfasilitasi pembelajaran.

Modul 3.1

Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit.

Jika dalam pengambilan keputusan menggunakan prinsip jangka pendek lawan jangka panjang, tentu ketika kita mengambil keputusan untuk mengorbankan jangka pendek demi keberhasilan di masa depan kehidupan anak-anak, awalnya terkesan kurang adil, namun seiring berjalannya waktu, selain siswa diberikan pemehaman yang sesuai, pengaruh dalam jangka panjang akan tampak berpengaruh positif secara nyata dalam kehidupan anak-anak.

Hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran yang sudah berubah setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pengelola sumber daya, saya sering berfikir atau bahkan melakukan pengelolaan sumber daya dengan pendekatan masalah. Sehingga yang terfikir adalah sisi negatif dan kelemahan atau kekurangan yang dimiliki dari sumber daya yang ada. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Setelah mempelajari modul ini saya baru menyadarai bahwasanya kita sebagai pengelola sumber daya harus bisa memanfaatkan apa yang kita punya sebagai kekuatan. Fokusnya adalah kelebihan yang dimiliki dengan mengesampingkan kekurangan. Menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.



Demikianlah koneksi antar materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, semoga bermanfaat dan sampai ketemu lagi pada modul-modul berikutnya, terima kasih.



Sunday, 26 February 2023

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2


Maya Fasindah

Calon Guru Penggerak Angkatan 6

Kegiatan Demonstrasi kontekstual di awali dengan menganalisis tayangan video praktik baik yang menggambarkan pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran murid dengan mengunakan pertanyaan -- pertanyaan pemandu sebagai berikut : 



Gunakan pertanyaan - pertanyaan di bawah ini untuk membantu menganalisis video. Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?
Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?
Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?
Kegiatan/tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:

B
A
G
J

Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?
Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalan tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?

Terwujudnya sekolah yang amanah, unggul, mandiri, inovatif dalam menghasilkan lulusan kompeten, kolaboratif dan bertaqwa

Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?

Prakarsa perubahan yang dilakukan guru tersebut adalah mewujudkan lingkungan belajar dalam hal ini kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk meningkatkan semangat belajar

Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?

Apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam meningkatkan semangat belajar peserta didik?

Kegiatan/tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:

B

Buat pertanyaan (DEFINE)

Pertanyaan : 1. Bagaimana meningkatkan semangat belajar peserta didik?

Tindakan : Guru membicarakan dan mengali informasi dari berbagai sumber serta mebicarakan dengan rekan sejawat maupun kepala sekolah

Pertanyaan : 2. Bagimana mewujudkan kelas yang nyaman dan dan menyenangkan

Tindakan : Membuat pertanyaan pematik kepada siswa tentang kelas yang nyaman dan menyenangkan bagi kepada peserta didik berupa membuat pertanyaan "Penyemangat Belajar".

A

Ambil Pelajaran (DISCOVER)

Pertanyaan : 1. Kelas mana di sekolah ini yang sudah berhasil membuat kelas nyaman dan menyenangkan?

Tindakan : Mencari contoh nyata kelas yang sudah diatur menjadi kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk di observasi dan dikunjungi

Pertanyaan : 2. Bagimana mengatur kelas yang nyaman dan menyenangkan?

Tindakan : Mencari informasi tentang cara menjadikan kelas nyaman dan menyenangkan dengan mengindetifikasi bentuk pertanyaan pemandu kegitan tanya jawab dengan peserta didik sebagai berikut: a. Kegiatan apa yang dilakukan untuk mendapatkan kelas yang nyaman dan menyenangkan. b.Apa yang disukai siswa tentang kelas yang menyenangkan? dan mengiventarisasi kelas sendiri yang sudah baik dan menyenangkan.

C. G

Gali Mimpi (DREAM)

Pertanyaan : 1. Apakah yang dibayangkan tentang kelas yang nyaman dan menyenangkan?

Tindakan : Meminta siswa membayangkan dengan memejamkan mat akelas yang nyaman dan menyenangkan

Pertanyaan : 2. Kelas seperti apa yang di inginkan dan dimimpikan?

Tindakan : Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat di depan/diskusi kelompok untuk mengambarkan kelas yang nyaman dan menyenangkan

Pertanyaan : 3. Kelas yang nyaman dan menyenangkan seperti apa yang dapat meningkatkan semangat belajar?

Tindakan : Siswa mempresentasikan kelas impian yang nyaman dan menyenangkan yang dapat meningkatkan semangat belajar dan guru mencatat seperti apa kelas nyaman dan menyenangkan yang di inginkan

D. J

Jabarkan Rencana (DESIGN)

Pertanyaan : 1. Apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan sesuai impian dan berapa lama target waktu untuk mencapainya?

Tindakan : Berdiskusi serta berkolaborasi dalam mengiventarisasi hasil pemikiran /usulan dan membuat catatan khusus target yang ingin dicapai tentang kelas yang nyaman dan mnyenangkan sesuai impian peserta didik.

Pertanyaan : 2. Apa yang dibutuhkan dan dilakukan untuk mewujudkan kelas impian sesuai keinginan murid?

Tindakan : Guru membagi murid dalam beberapa kelompok dan memberikan tugas untuk masing -- masing kelompok serta berkolaborasi dengan rekan guru dan peserta didik dalam mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan

E. A

ATUR EKSEKUSI (DELIVER)

Pertanyaan : 1. Kapan waktu untuk memulai dan siapa yang dilibatkan dalam penyusunan kelas yang nyaman dan menyenangkan?

Tindakan : Mengeksekusi Tindakan dengan membentuk kelompok kerja dengan tugas yang telah ditetapkan, pembagian tugas kelompok terdiri dari membersihkan kelas,membuat hiasan dinding,menyusun bangku dan buku juga memasang hiasan pada dinding dilanjutkan dengan memberikan semangat dan motivasi oleh guru.

Pertanyaan : 2. Siapa yang mengarahkan/memantau serta mendampingi dalam pelaksanaan dan memecahkan kesulitan dalam pelaksanaan mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan?

Tindakan : Guru melakukan pendampingan serta membantu penyelesain apabila ditemui kendala yang ditemui dan memberikan apresiasi kepada siswa setelah membuat ruang kelas menjadi nyaman dan menyenangkan.

Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?

· Guru menerapkan pendekatan berbasis aset karena guru fokus memanfaatkan aset dan kekuatan yang dimiliki oleh kelas

· Guru membayangkan kesusksesan yang akan diraih di masa depan

· Guru mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya yang ada dan mampu membuat rencana berdasarkan visi dan kekuatan yang ada

· Guru mampu mewujudkan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan seperti yang di impikan/di inginkan oleh guru dan peserta didik

Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalan tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

1.Modal Manusia

Contoh : Guru yang visioner, berjiwa pemimpin serta berfihak pada peserta didik

Pemanfaatan : Guru yang berpihak pada murid yang disertai dengan kolaborasi dengan murid yang mandiri dan kreatif dalam mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan.

2. Modal Sosial

Contoh : Kolaboratif, keharmonisan, saling percaya, tujuan dan cita -cita yang sama

Pemanfaatan : Hubungan sosial dengan rekan sejawat dan murid sehingga bisa mewujudkan secara Bersama-sama tentang rencana yang baik.

3. Modal Fisik

Contoh : Ruang kelas, sarana prasarana (meja,kursi,papan tulis,hiasan dinding, Dsb)

Pemanfaatan : Adanya ruang kelas dan pendukungnya untuk diubah menjadi kelas yang nyaman dan menyenangkan

4. Modal Lingkungan/ Alam

Contoh : Sumber daya dan bahan -- bahan yang berasal dari alam

Pemanfaatan : Adanya kegiatan menghias kelas yang menggunakan beberapa bahan dari alam

5. Modal Finansial

Contoh : Pendanaan dari sekolah, sumbangsih wali murid dan guru

Pemanfaatan : Modal finansial dalam menyediakan peralatan dan bahan yang digunakan untuk menghias kelas sehingga mampu mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan


Demikianlah paparan saya dalam menganalisis video pada tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 2.3. Semoga bermanfaat dan salam guru penggerak.





Tuesday, 21 February 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1 Pembelajaran berdiferensiasi

Maya Fasindah, M.Pd

CGP Angkatan 6 Kab. Kep. Meranti, Riau

Di dalam pelaksanaan jurnal refleksi dwimingguan modul 2.1 ini, saya menggunakan model 4F, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. Beliau adalah ahli pendidik dan fasilitator.

Model yang dikenalkan oleh beliau adalah sebagai berikut: Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan).

1. Facts (Peristiwa) : Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat aksi nyata ke dalam kelas ? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut.

3. Findings (Pembelajaran) : Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini ? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?

4. Future (Penerapan) : Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan ? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

Dibawah ini adalah hasil refleksi yang telah saya lakukan :

1. Facts /Peristiwa

Peristiwa

Pembelajaran pada modul ini adalah pembelajaran yang membuat saya merasa tertantang dengan materinya. Karena sebelum mempelajari modul ini saya sudah mempraktekan pembelajaran ini di kelas.

Terkait dengan kurikulum merdeka dan mencoba mengikuti apresiasi guru inspiratif tahun 2022. Meskipun belum terpilih diantara 20 besar namun saya merasa puas dengan kerja saya karena setidaknya saya penah mencobanya.

Sebelum memasuki materi pembelajaran berdiferensiasi ini, kegiatan diawali dengan pre-test dengan soal sebanyak 30 soal, kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran menggunakan alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata).

Modul ini benar-benar memberikan pemahaman bagi saya bagaimana sebenarnya penerapan pembelajaran berdiferensiasi itu, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep pemikiran dari modul yang sudah dipelajari, diskusi dengan rekan CGP dalam ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberi masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri menyusun RPP berdiferensiasi diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator, mendapat penguatan dari narasumber dalam elaborasi pemahaman, membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya yang sudah dipelajari, dan diakhiri dengan aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang sudah dibuat.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, terutama murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik.

Perasaan

Perasaan saya ketika mengikuti dan mempelajari modul ini saya semakin bersemangat dan terus mencoba di kelas-kelas yang lain, semakin dicoba saya semakin penasaran dan secara perlahan pembelajaran berdiferensiasi itu akan mengikuti kita dengan sendirinya.

Kerena anak kita kelompokan berdasarkan kebutuhan pembelajaran murid terkait minat dan bakat mereka yang nantinya akan terbukti minat dan bakat mereka baik itu secara audio, visual maupun kinestetik

Dengan keberagaman gaya belajar siswa maka seorang guru harus dapat memenuhi kebutuhan belajarnya begitu juga dalam menyajikan produk hasil belajar. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan hasil karyanya dalam berbagai hasil karya sesuai minat dan bakat siswa.

Pembelajaran

Salah satu upaya untuk mengatasi tantangan besar dalam memahami pembelajaran berdiferensiasi ini adalah dengan cara memulai dari diri sendiri dan mengembangkan komunitas di masyarakat. Mulailah dari diri kita sendiri sebagai guru, kepala sekolah serta pemangku kepentingan sekolah. Adanya komunitas akan lebih menarik minat masyarakat Hal ini belum terlihat di lingkungan sekolah terutama peserta didik. Untuk itulah saya melakukan pengembangan pembelajaran yang berdiferensiasi, interaktif dan menyenangkan melalui Blog sebagai pemanfaatan literasi digital.

Dalam dunia pendidikan Blog merupakan media yang sangat mendukung untuk proses belajar mengajar karena Blog memudahkan guru dalam memberikan tugas terhadap siswa. Bagi siswa Blog dapat membantu siswa untuk menyalurkan kreatifitas menulis, mengasah kemampuan menulis, berbagi pengetahuan, personal branding, sebagai portofolio online, membangun kepercayaan, mempromosikan produk secara online, meningkatkan bisnis, membangun relasi antar penulis, sebagai pendapatan pasif (dari iklan), belajar hal-hal teknis, meningkatkan kemampuan SEO, menambah ilmu dan wawasan, mengekspresikan berbagai ide dan pikiran, menggiring opini, menyampaikan pendapat, dan dapat berpartisipasi di berbagai kontes menulis online.

Pembelajaran berdiferensiasi didesain agar guru bisa melaksanakan pembelajaran yang mampu mengakomodir berbagai macam kebutuhan belajar murid. Guru harus memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan belajar murid, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan : bagaimana kesiapan belajar murid; bagaimana minat murid terhadap materi pembelajaran kita; dan seperti apa profil belajar murid. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu juga memperhatikan strategi : diferensiasi konten; diferensiasi proses; dan diferensiasi produk. Dan dalam proses penilaian, guru menggunakan penilaian berjenjang. Harapannya, semua murid bisa memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga lingkungan yang aman dan nyaman pun akan didapatkan murid.

Penerapan

Salah satu pengembangan pembelajaran yang saya terapkan dan kembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan litersi digital adalah Blog interaktif dengan jargon: Yuk Beli Sempolet (Yuk Belajar Interaktif, Sempurnakan Lewat Tulisan) dimana blog ini dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru sebagai media pembelajaran interaktif yang mana guru dan siswa dapat menggunakannya secara fleksibel dan dimana saja.

Blog dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran interaktif karena guru dan siswa dapat melakukan interaksi pada kolom komentar yang ada dan saling bertukar informasi melalui link menuju artikel yang sesuai dengan materi yang dibahas. Guru harus memberikan dorongan kepada pserta didik untuk membuat blog sehingga pemanfaatan blog sebagai media pembelajaran menjadi lebih efektif.

Pemilik blog dapat memposting tulisan atau konten, gambar, maupun video secara online sehingga pengunjung dapat mendownload semua postingan yang masukkan ke blog. Membuat blog sangat gampang, tidak membutuhkan pengetahuan pemrograman yang sulit. Untuk mendaftar di blog, hanya membutuhkan email dan mengikuti beberapa Langkah yang bisa dipelajari dalam waktu yang singkat. Media blog memiliki sifat yang dinamis dan universal sehingga bisa diakses oleh siapa pun, dan di mana pun.


Semangat untuk kita semua bapak ibu guru, semangat merancang dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ya.. sampai ketemu di modul-modul berikutnya.





















Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

Maya Fasindah, M.Pd

CGP Angkatan 6 Kab. Kep. Meranti, Riau

Assalamualaikum sahabat maya semuanya … apa kabarnya hari ini? Kali ini saya mau memaparkan jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 tentang budaya positif dengan menerapkan model 5 yaitu: Connection, challenge, concept, change (4C)

Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk
digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini, yaitu:
1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru
Penggerak?
2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang
Anda jalankan selama ini?
3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting
untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru
Penggerak?
4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini.

1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak?

Sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) saya menyadari salah satu amanah yang harus saya lakukan adalah belajar serta membagikan ilmu yang sudah saya peroleh selama pendidikan ini.

Pada Modul 1.4 ini saya belajar tentang Budaya Positif, dimana pada modul ini saya belajar tentang bagaimana membangun Disiplin Positif, mengetahui Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, bagaimana menciptakan Keyakinan Kelas, mengetahui apa saja Kebutuhan Dasar Manusia, bagaimanan cara penyelesaian masalah menggunakan Segitiga Restitusi.

Lalu " Apa hubungan antara CGP dengan Budaya Positif ?" Sebagai CGP yang diharapkan nantinya mampu menggerakkan guru, komunitas dan lingkungan membuat perubahan pendidikan, maka CGP harus memulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekatnya, yaitu sekolah tempat CGP mengajar. CGP harus bisa menjadi pelopor penumbuhan maupun penguatan Budaya Positif di lingkungan tempat mengajar.

Menjadi guru biasa tidak sulit. Menjadi guru luar biasa juga tidak mudah, banyak hal-hal yang harus dipelajari baik itu masalah atitude, bagaimana mengajar di kelas, bagaimana mengatasi anak, bagaimana sehari-hari dengan anak, hal ini tentu saja harus ada pembiasaan positif. Sama halnya dalam bercocok tanam, kita telah memilih bibit unggul tentu saja tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja, harus ada pembiasaan yang baik seperti memilih lahan yang tepat, menyiram serta membuang semua hama yang dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman sehingga dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas nantinya. Sama halnya dengan murid mereka ibarat bibit unggul, jika guru menyia-nyiakannya, maka mereka tidak akan bertumbuh dan berkembang dengan baik.

2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini?

Budaya Positif sebenarnya sudah di praktikkan di sekolah saya, namun setelah saya mempelajari Modul 1.4 ini ditambah setelah mendapat penguatan melalui Elaborasi Pemahaman, ternyata banyak hal terkait dengan Budaya Positif yang perlu saya perbaiki langkah dan strateginya.

Salah satu contohnya adalah tentang penghargaan, selama ini saya beranggapan bahwa penghargaan yang saya praktekkan akan mampu menuntun murid untuk termotivasi dan terbiasa disiplin, tapi ternyata penghargaan itu memiliki dampak yang sama dengan hukuman. Sama-sama akan menggiring anak pada identitas gagal, penghargaan hanya akan efektif untuk jangka pendek.

Begitu juga dengan hukuman, ternyata selama ini saya berada di posisi penghukum dan teman, ternyata kesemuanya itu adalah keliru. Sebagai guru, setidaknya saya harus berada pada posisi manajer, yaitu membantu permasalaham murid dengan menggunakan strategi segitiga restitusi terkait dengan keyakinan kelas. Selain itu suasana positif juga mendukung anak dalam proses pembelajaran.

Suasana yang positif tentu sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Sekolah adalah rumah kedua bagi mereka, begitu juga dengan guru dan orang-orang yang ada di lingkungan sekolah, menjadi orangtua kedua bagi mereka. Layaknya sang anak kerika berada di rumah tentulah rumah dalah satu-satunya tempat ternyaman sehingga mereka bisa berinteraksi dengan baik, mengeluarkan segala keluh kesah, mereka merasa bahwa sekolah adalah tempat menjalin hubungan kerja sama yang baik, saling meghargai, saling menghormati, mengerti akan tugas dan tanggung jawab mereka dan mereka paham bahwa sekolah dan belajar adalah tempat yang menyenangkan bukan beban bagi mereka.

3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

Cukup banyak konsep penting dari Modul 1.4 yang harus saya pelajari dan kembangkan sebagai CGP antara lain, penyelesaian masalah dengan Restitusi. Seperti halnya pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa anak berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, karena itulah perlunya kita menyesuaikan diri di era digital ini.

Begitu juga dengan permasalahan dalam kelas/sekolah pasti akan selalu ada, disinilah tugas guru di uji bagaimana menemukan cara menyelesaikan permasalahan dengan bijaksana menanyakan apa hal-hal yang psitif dan apa pula hal-hal yang negatif terkait keyakinan kelas yang telah disepakati bersama.

Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b sangat perlu saya kembangakan dalam perkembangan kompetensi guru penggerak.

Pelaksanaan pembelajaran itu antara lain:

a. interaktif;

b. inspiratif;

c. menyenangkan;

d. menantang;

e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan

f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini.

Perubahan yang ingin saya lakukan dalam menumbuhkan Budaya Positif disekolah adalah menempatkan diri pda posisi kontrol Manajer, mengajak murid-murid untuk membentuk keyakinan kelas sebagai landasan merek dalam berprilaku, menyelesaikan segala permasalahan dengan langkah Segitiga Resitusi.

Memang tidak mudah untuk membuat suatu perubahan, namun Insyaalllah dengan keyakinan diri serta dukungan lingkungan, saya yakin secara bertahap proses penumbuhan Budaya Positif akan semakin baik.

Saya juga berharap pada diri saya untuk lebih menguasai IPTEK terkait metode pembelajaran berbasis IT, sehingga murid-murid dapat memanfaatkan tekhnologi dengan baik sehingga menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi mereka mengingat sekolah kami adalah sekolah kejuruan yang siap bekerja setelah tamat sekolah. Salah satunya dengan menjadi blogger dan penulis, saya akan berusaha membuka lapangan usaha yang mampu menghasilkan cuan bagi guru dan siswa jika mau mengembangkan skill nya dalam hal tulis menulis.

Melalui kegiatan dan bekal pemantapan ini, semoga saya benar-benar mampu menjalankan amanah guru penggerak yang luar biasa ini yang benar-benar mampu menggerakkan warga sekolah terutama menggerakkan hati mereka agar tidak terpaksa dan hanya melepas kewajiban saja. Mengingat guru yang mengajar tidak pernah lebih dari dua tahun, dan masih terindikasi pemimpin yang membedakan ras.

Sekian paparan saya dalam refleksi Dwimingguan Pendidikan Calon Guru Penggerak Modul 1.4 tentang Budaya Positif, semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada modul-modul berikutnya. 





















Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Maya Fasindah, M.Pd

CGP Angkatan 6 Kab. Kep. Meranti, Riau

Tiap-tiap modul tentu saja berbeda pembelajaran serta pemahamannya. Di dalam pelaksanaan jurnal refleksi dwimingguan modul 1.3 ini, saya menggunakan model 4F, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. Beliau adalah ahli pendidik dan fasilitator.

Model yang dikenalkan oleh beliau adalah sebagai berikut: Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). Untuk memudahkan memahaminya, 4F tersebut saya terjemahkan dalam bahasa pertanyaan, yakni 1) apa yang saya alami; 2) apa yang saya rasakan; 3) apa yang saya dapatkan; dan 4) apa yang akan saya lakukan.

1. Facts (Peristiwa) : Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat aksi nyata ke dalam kelas ? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut.

3. Findings (Pembelajaran) : Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini ? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?

4. Future (Penerapan) : Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan ? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

Dibawah ini adalah hasil refleksi yang telah saya lakukan :

1. Facts /Peristiwa (Apa yang saya alami)

Saya mempelajari modul 1.3. dengan alur MERDEKA, yakni: Mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata.

Mulai dari diri kita diminta untuk meuliskan murid impian saya dimasa yang akan datang, yaitu mulai dari 5-10 tahun yang akan datang, eksplorasi konsep memaparkan mengenai paradigma inkuiri apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang disebut BAGJA.

BAGJA, istilah baru yang saya dengar dengan semangat merdeka mengajar serta bersenang-senang dengan manajemen diri yang baru, luar biasa. Karena BAGJA, saya juga harus bermental BAJA( Belajar tanpa henti, Aplikasikan ilmu yang didapat, Jaga semangat sehingga menularkan pada guru lain, Ayo ... terus bergerak demi Indonesia. Merdeka!!!

Inkuiri Apresiatif ini saya umpakan seperti tubuh yang lengkap dan BAGJA adalah bagian dalam tubuh yang melengkapi sehingga terlihat sosok yang tampak sempurna. Jika Inkuiri Apresiatif ini tidak dilengkapi dengan BAGJA maka tubuh tidak akan bergerak, kita lah sebagai penggeraknya yang menggerakkan kemana tubuh itu akan berjalan dan apa saja yang akan dilakukannya, bermanfaat atau tidak.

Mashaa Allah semakin tercerahkan dengan adanya BAGJA ini. Saya semakin semangat dan sangat positif dengan perubahan diri saya nantinya. Karena dengan adanya BAGJA ini saya sebagai seorang guru sudah memiliki landasan yang kuat untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan. Bismillah, Inshaa Allah lelah kita menjadi lilah. Aamiin...

Selanjutnya pada ruang kolaborasi, CGP diminta untuk masuk room virtual dan berdiskusi dengan anggota kelompok untuk membicarakan visi sekolah yang sesuai dengan imaji murid di masa depan, dan merancang BAGJA pada demonstrasi kontekastual.

Selanjutnya pada elaborasi pemahaman, saya diminta untuk menguatkan pemahaman mengenai visi guru penggerak. Dulu, visi hanya ditujukan pada instansi atau pemangku kepentingan saja. Sekarang guru juga memiliki hak untuk mengutarakan atau memimpikan bagaiamana murid yang ia impikan selama ini.

Saya mengharapkan murid yang beriman dan bertakwa, cerdas berkarakter, bernalar kritis, menjadi pemimpin pembelajaran dan mampu bersaing di dunia luar dengan mengembangkan bakat dan potensinya masing-masing serta mampu membuka usaha mengingat saat ini mereka duduk di bangku kejuruan.

2. Feeling/ perasaan (Apa yang saya rasakan)

Selama mempelajari Modul 1.3, saya merasakan adanya semangat yang membara dalam diri saya, terutama dalam perubahan diri saya. Dengan adanya pendidikan guru penggerak ini, saya lebih memahami apa yang harus saya lakukan terhadap diri saya, terutama tentang apa itu inkuiri apresiatif, prakarsa perubahan, dan tahapan BAGJA.

Saya bangga karena saya memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang sangat luar biasa dan sangat bermanfaat ini. Saya senang karena bisa berkolaborasi dengan teman CGP lain untuk membuat presentasi tentang pembuatan prakarsa perubahan dengan tahapan BAGJA. Saya juga sangat tertantang dengan tugas-tugas yang diberikan di sela kesibukan saya sebagai guru di sekolah.

3. Findings/Pembelajaran ( Apa yang saya dapatkan)


Di Modul 1.3. saya mendapatkan materi tentang paradigma inkuiri apresiatif (IA), yakni pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Pendekatan IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi.

Untuk melakukan Prakarsa perubahan prositif menggunakan prinsip utama psikologi positif yang dapat memberikan kontribusi dan keberhasilan. Inkuiri Apresiatif merupakan suatu pendekatan untuk mencapai prakarsa perubahan dengan berfokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota yang menghasilkan kekuatan tertinggi yang bisa diterapkan melalui tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi).

4. Future /Penerapan ( Apa yang akan saya laukan)

Setelah memahami materi dalam modul 1.3. tentang visi guru penggerak ini, saya akan menerapkan inkuiri apresiatif melalui BAGJA, untuk melaksanakan manajemen perubahan di sekolah saya. Saya akan membuat prakarsa perubahan untuk mewujudkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tentunya akan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.

Ke depannya peningkatan kualitas pembelajaran itu akan lebih cepat dalam mewujudkan siswa dengan karakter profil pelajar Pancasila sesuai dengan visi yang sudah saya tuliskan yaitu “Mewujudkan Generasi Emas yang Bermoral Etika, Cerdas Berkarakter Serta Berbudaya Sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.”

Sekian paparan saya dalam refleksi Dwimingguan Pendidikan Calon Guru Penggerak Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada modul-modul berikutnya. 

Silahkan klik Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4











Wednesday, 28 December 2022

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2 Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak



Maya Fasindah, M.Pd

CGP Angkatan 6 Kab. Kep. Meranti, Riau



Description

Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Demonstrasi Kontekstual sampai Aksi nyata.

Setelah mempelajari dan mulai memahami modul 1.1 mengenai pendidikan dan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh Bapak Ki Hajar Dewantara, selanjutnya CGP masuk dalam modu 1.2 untuk memahami pembelajaran berikutnya. Di dalam modul 1.2 ini, kita diajak untuk membuat diagram trapesium usia.


Dalam diagram trapesium ini, kita diharapkan mampu memaparkan hal-hal yang telah terjadi dalam diri kita serta harapan kita dimasa pension ini. Hal lain juga kita memaparkan bagaimana peristwa positif dan negatif yang telah kita alami selama masa sekolah. Dan nantinya sebagai guru penggerak kita mampu mengarahakan anak ke hal-hal positif terkait peristiwa positif dan negatif yang telah mereka alami.

Oleh karena itu, hendaknya kita dapat dijadikan role model bagi peserta didik sehingga Tindakan, perkataan dan perbuatan yang kita lakukan, akan menjadi sebuah contoh suri tauladan bagi mereka. Seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru memberikan keteladanan dalam bertindak, bertutur, membangun keinginan siswa untuk berbuat sesuatu (kreatif dan inovatif), selanjutnya guru mendorong dan memotivasi peserta didik.

Selanjutnya CGP belajar mandiri untuk memahami konsep materi, mengenai bagaiman cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap kumbuh kembang anak, profil pelajar Pancasila, serta nilai dan peran guru penggerak.

Pada tanggal 15 September , kami belajar di ruang kolaborasi yaitu diskusi mandiri bersama Fasilitator Bapak Zulkifli serta di dampingi oleh Ibu Tri Sovia Yanreta selaku PP. Didalam kegiatan tersebut kami dibagi lagi menjadi kelompok kecil. Diskusi dilanjutkan keesokan hari nya yaitu pada tanggal 16 September 2022 dengan agenda presentasi hasil diskusi antarkelompok yaitu menentukan nilai guru penggerak yaitu berupa kolaboratif dengan rancangan berupa upaya mengkolaborasikan kekuatan dari nilai guru penggerak. Pada sesi ini kami juga menulis surat terima kasih untuk teman satu kelompok yang mengispirasi. Dan saya memilih Ibu Sri Yulita sebagai teman yang sangat mengispiratifsaya untuk lebih belajar lebih maju dan inovatif.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tanggal 19 dan 20 September dimana saya diminta untuk membuat gambaran diri sebagai guru penggerak di masa depan. Dilanjutkan dengan Elaborasi pemahaman pada tanggal 22 September dengan Bapak Mualip selaku Instruktur. Beliau menyampaikan materi tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak dengan luar biasa sampai pada akhirnya saya melanjutkan untuk menyusun kegiatan aksi nyata. Kegiatan apa yang saya lakukan untuk diimplementasi dari hasil belajar modul 1.2 ini.

Examination

Setelah mempelajari modul 1.2 dan mengikuti serangkaian kegiatan baik belajar secara mandiri maupun diskusi secara virtual, akhirnya saya memahami bagaimana nilai dan peran guru penggerak. Guru penggerak harus memiliki nilai inovatif, kolaboratif, reflektif, berpihak pada siswa dan mandiri. Peran guru penggerak yaitu mampu menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas baik di sekolah maupun lingkungan sekolah, mampu berkolaborasi dengan rekan dan membimbing rekan di sekolah, dan mampu mewujudkan kepemimpinan murid. Semua peran tersebut dilakukan dengan berdasarkan pada trilogy Pendidikan menurut KHD yaitu, ing ngarso sang tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Nilai guru penggerak tersebut sebelumnya masih belum saya lakukan dengan optimal misalnya pembelajaran yang berpihak pada siswa. Sebelumnya pembelajaran yang saya lakukan masih berfokus pada bagaimana anak menyelesaikan soal-soal ujian. Tetapi dengan mempelajari modul 1.2 ini saya memahami bahwa pembelajaran harus berpihak pada siswa. Pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan kodrat anak.

Articulation of Learning

Dalam modul ini banyak sekali hal-hal yang harus dipelajari terkait nilai dan peran guru penggerak. Hal ini terlihat pada saat saya mempelajari materi dimana seseorang yang sedang menaiki ekskalator dengan posisi eskalator turun, ini berkaitan tentang bagaimana cara kerja otak, yaitu sistem berfikir cepat dan berfikir lambat, bagaimanapun saya sebagai calon guru penggerak harus mampu menumbuhkan sesuatu hal yang baik, meskipun itu tidak mudah.

Sebagai seorang calon guru penggerak, saya harus memulainya dari diri saya dengan meningkatkan kompetensi guru penggerak sebagai modal awal melakukan perubahan. Dengan modal nilai dan kompetensi yang dimiliki, tentunya kita mampu berperan serta berkolaborasi dengan siapapun yang ingin memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Setelah memahami Modul 1.2 ini, saya semakin mengerti peran saya sebagai seorang guru penggerak nantinya, serta memahami bagaimana nilai-nilai tersebut menguatkan peran guru penggerak dalam membawa perubahan di sekolah.

Guru harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran, mampu berkolaborasi dengan rekan sejawat serta mampu mewujudkan kepemimpinan murid yang dalam hal ini kita harus mampu memahami kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari: kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan dan penguasaan, kebebasan dan kesenangan, serta bagaimana tahap tumbuh kembang anak. Bahwa setiap anak memiliki cara pandang sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Kemudian di modul juga menjelaskan diagram identitas gunung es yang menjelaskan konsep penumbuhan karakter. Fenomena gunung es di lautan dapat menggambarkan apa yang terlihat di permukaan tidak dapat menggambarkan apa yang ada di dalam laut. Fenomena ini dapat digunakan untuk membuat perumpamaan karakter. Karakter yang terlihat hanya 12% sedangkan 88% tidak terlihat. Karakter yang terlihat didasari oleh perilaku yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.

Untuk menumbuhkan karakter perlu ada pengkondisian dan pembiasaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan keteladanan dan system/ aturan yang konsisten. Karakter yang baik pada siswa bisa kita tuntun dengan berpedoman pada trilogi Pendidikan menurut KHD yaitu dengan memberi tauladan, memotivasi dan mendorong siswa untuk menumbuhkan karakter.

Materi yang sudah dipelajari tersebut dapat diimplementasikan sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak. Saya harus mampu menjadi:
Pemimpin pembelajaran: menyusun desain pembelajaran, membuat asesmen dan melakukan refleksi pembelajaran di setiap pembelajaran yang dilakukan. Menyusun pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kebutuhan siswa, membuat refleksi atau evaluasi sebagai perbaikan pembelajaran berikutnya, dan dalam pembelajaran yang saya lakukan harus berpihak pada siswa sesuai dengan karakteristik siswa agar tujuan Pendidikan dalam memerdekakan anak bisa terwujud.


Menjadi coach bagi guru lain: memberikan bimbingan atau pendampingan ke rekan guru serumpun untuk melakukan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Hal ini dilakukan dengan adanya supervisi mata pelajaran serumpun, sehingga saya bisa melakukan pendampingan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyusunan asesmen, dan melakukan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan optimal maka saya sendiri juga harus mandiri, yaitu belajar untuk meningkatkan kompetensi diri. 


Mendorong kolaborasi:bekerjasama untuk mencari solusi dari permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran. Kegiatan supervisi juga dilakukan untuk menemukan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran sehingga saya dan rekan guru bekerjasama untuk mencari solusi dari permasalahan yang ditemukan. Selain itu saya juga bekerjasama denga guru serumpun untuk melaksanakan kegiatan proyek pembelajaran. 


Mewujudan kepemimpinan murid: dalam pembelajaran saya mendesain sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sehingga siswa bisa belajar dengan menyenangkan. Siswa akan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Saya sebagai guru hanya menuntun siswa untuk pembelajaran di kelas. 


Menggerakkan komunitas praktisi: dengan mengaktifkan komunitas belajar di sekolah, dimana guru mendiseminasikan hal baru yang di dapat di setiap mengikuti pelatihan atau workshop. Saya akan berkolaborasi denga rekan untuk membagikan praktik baik yang sudah dilakukan dalam pembelajaran sehingga bisa dijadikan referensi rekan di sekolah.

Demikianlah hal-hal yang dapat saya paparkan pada jurnal refleksi modul 1.2 ini, semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menjadi contoh bagi guru-guru di Indonesia. 

Silahkan klik untuk Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak


Thursday, 8 December 2022

Mulai Dari Diri Modul 2.3



Pada modul coaching untuk supervisi akademik. Pembelajaran dimulai dari diri Sendiri. Sebagai seorang guru, Saya adalah seorang pemimpin pembelajaran. Dalam perjalanan Saya sebagai seorang guru, tentunya Saya pernah mendapatkan pengalaman terkait dengan supervisi akademik sebagai salah satu cara pengembangan kompetensi diri Saya.

Pada sesi mulai dari dari diri ini, Saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif terkait supervisi akademik dan pengembangan kompetensi diri.

Pertanyaan-pertanyaan reflektif sesi mulai dari diri

Selama menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi?

Selama Saya menjadi guru tentu Saya pernah diobservasi atau disupervisi oleh Kepala Sekolah. Perasaan saat Saya pada awal disupevisi adalah Saya merasa cemas, gugup, dan grogi karena ada seseorang yang memperhatikan cara Saya mengajar atau ada yang menilai perangkat pembelajaran yang Saya buat. Ada kekehawatiran apakah pembelajaran Saya sudah baik, apakah perangkat pembelajaran Saya sudah baik dan benar, apakah pembelajaran Saya sesuai dengan rencana yang Saya buat, dan apakah Kepala Sekolah menyukai cara Saya mengajar dan sekelumit ketakutan lainnya. Namun sembari berjalanya waktu Saya bisa mengontrol diri Saya, sehingga pembelajaran yang disupervisi berjalan dengan baik. Banyak hal yang Saya temukan ketika disupervisi, utamanya untuk perbaikan pembelajaran Saya kedepannya. Refleksi diri sendiri atau pun bersama murid terkadang mungkin ada hal yang luput dari penglihatan. Dengan adanya penglihatan orang ketiga, dalam hal ini Kepala sekolah tentu menjadi bahan motivasi diri untuk perbaikan ke depan.

Ceritakan pengalaman Anda saat observasi dan pasca kegiatan observasi tersebut.

Pengalaman Saya saat diobservasi dalam kelas adalah Kepala Sekolah duduk di belakang memperhatikan Saya mengajar. Selesai pembelajaran, Kepala Sekolah memberikan masukan untuk perbaikan pembelajaran kedepannya. Pada waktu itu, ketika Saya mengajar Saya lupa memberi tahu tujuan pembelajaran. Kepala Sekolah memberitahu perlu menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran supaya murid tahu muara pemebelajaran ini sampai dimana. Pasca obeservasi tersebut Saya berusaha memperbaiki diri. Dalam pembelajaran di kelas Saya menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal kegiatan.

Menurut Anda, bagaimanakah proses supervisi akademik yang ideal yang dapat membantu diri Anda berkembang sebagai seorang pendidik?

Proses supervisi akademik yang ideal yang dapat membantu Saya berkembang adalah ketika supervisi dilakukan secara berkala dan bertahap. Dimulai dengan mensupervisi perangkat pembelajaran yang berisi rencana pembelajaran, LKPD, sumber belajar, serta alat evaluasi. Supervisi selanjutnya berupa supervisi pembelajaran dikelas, dan selanjutnya mensupervisi hasil refleksi pembelajaran Saya. Dengan mempertimbangkan semua kondisi hal ini idealnya dilakukan 1 kali per tahun. supervisi yang bekelanjutan dapat menjaga semangat seorang guru, perbaikan pembelajaran, dan membuat guru terus belajar.

Menurut Anda, jika Anda saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, dimana posisi Anda sehubungan dengan gambaran ideal di atas dari skala 1 s/d 10? Situasi belum ideal 1 dan situasi ideal 10.

Mungkin diposisi 6 :) Saya merasa perlu pengalaman dan ilmu jika diposisi mensupervisi. Karena ketika kita memberi masukan perbaikan, tentunya kita harus bercermin dulu ke dalam diri. Dan diri Saya masih banyak kurang dan perlu terus belajar menjadi lebih baik lagi.

Aspek apa saja yang Anda butuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal itu?
Ilmu atau teknik coaching untuk supervisi akademik
Mengenai keilmuan pedagogik yaitu mengenai rencana, pelaksanaan, evaluasi, bahkan refleksi dalam pembelajaran. Sehingga mengetahui model/metode/strategi pembelajaran tertentu tepat nya digunakan saat apa. Atau alat evalusi tertentu itu sebaiknya digunakan saat apa dll.
Kompetensi sosial emosional

Setelah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif, tuliskan harapan Anda terkait modul ini:
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Merujuk dari pertanyaan refleksi diatas, harapan yang ingin Saya lihat pada diri Saya sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul adalah Saya menjadi tahu ilmu mencoching untuk supervisi akademik dan Saya bisa menerapkannya untuk perbaikan pembelajarani Saya maupun rekan sejawat di sekolah.

kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini adalah materi lengkap menngenai supervisi dan contoh praktik supervisi yang baik. Tentunya pembelajaran pada modul ini memberi maanfaat untuk diri Saya sendiri, memberikan dampak positif pada murid saya, dan semoga Saya bisa berbagi praktik baik dengan rekan sejawat di sekolah khususnya dan rekan guru diluar sekolah.

Semoga Bermanfaat ya 

Untuk lebih lebkapnya silahkan klik link nya ya https://publuu.com/flip-book/4001/181949
Back to Top