..

Cerpen Budaya Unik Asli Indonesia, Tradisi Perang Air Cian Cui di Selatpanjang



Senjata Air Untuk Adikku
Penulis: Maya Fasindah


Gerimis mulai membasahi kota Batam, tempat dimana aku dan keluargaku berbagi kegembiraan. Namun hal itu bukanlah penghalang bagi kami karena sebentar lagi Imlek akan tiba. Pagi ini kami berangkat ke Selatpanjang kota kelahiran Ibu, sebab 2 hari lagi akan ada perayaan Imlek. Tiap tahun kami pasti pulang karena akan merayakan pesta perang air Cian Cui bersama-sama. Tepat pukul 08.00 WIB kapal menuju Selatpanjang akan tiba. Sekarang pukul 06.00 pagi, aku tengah bersiap-siap mempersiapkan semuanya, hanya saja ada satu hal yang membuat pikiranku mulai kacau, koper yang telah kupersiapkan khusus untuk perang air nanti belum kutemukan padahal tadi malam aku benar-benar telah mempersiapkan semuanya. Kecurigaanku tertuju hanya pada satu nama Sunnimorn.
Yah, pasti dia yang telah menyembunyikan koper miniku.

Dasar usil, awas kau ya, akan kutarik hidungmu nanti hingga merah, gumamku dalam hati.

“Sisilia, cepat bawa kopermu turun! Ibu akan cek barang bawaanmu. Tidak perlu terlalu banyak bawa barang, ya!” seru Ibu memanggil.

“Ya, ya Bu, sebentar lagi aku turun.”

Rumah kami memang sederhana, rumah berlantai dua, lantai pertama untuk ruang tamu, dapur, dll, sedangkan lantai kedua untuk kamar tidur. Meskipun begitu, kami tetap bahagia menjalani rutinitas seperti biasanya. Semua sudah bersiap-siap, hanya Sunnimorn-lah yang belum keluar kamar.

“Sunnimorn, buka pintu! Cepat, apa kau mau tinggal dirumah ini sendirian selama sepekan? Mau melewatkan Perang Air Cian Cui begitu saja? Atau jangan-jangan kau sedang mengotak-atik koperku ya? Jangan kau sentuh barang-barangku! Sunnimorn, kembalikan! Itu bukan milikmu. Itu senjata khusus milikku untuk perang air nanti. Telah sekian abad aku mencarinya dan akhirnya kutemukan di online shop langgananku. Cepat buka pintu!“ suaraku menggema ke seluruh ruangan kamar sambil menggedor-gedor pintu dan sesekali membolak-balikan knop pintu.

“Ya Kak, kali ini aku enggak akan berdebat denganmu karena aku tahu bahwa Kakak menghadiahkanku senjata air yang baru. Terima kasih Kak. Aku hanya menggabungkan barang bawaan kita agar hemat koper, bukankah kata Ibu kita tidak perlu membawa barang yang banyak?” kata Sunnimorn.

“Ya sudah kalau begitu, cepat turun! Ibu sudah menunggu kita di bawah!”

Semua persiapan sudah di cek satu persatu dan akhirnya kami berangkat. Go go go, otw Selatpanjang. Akhirnya kapal mendarat, dan kami sudah berada di rumah Ama-nenek dalam bahasa Tionghoa. Perayaan Imlek semakin dekat, lampu-lampu neon berwarna merah telah menghiasi rumah Ama, tak lupa pula Angpao dan roti bulan. Aku sangat senang sekali dan tak sabar menunggu besok.

Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba, perayaan pesta Perang Air Cian Cui akan segera dimulai. Pesta perang air kali ini dimulai dari pelabuhan Dorak dan akan berkeliling di sekitarnya, dipastikan semua warga akan basah kuyup. Terlebih banyak wisatawan asing ikut memeriahkan pesta ini. Semua ikut bersuka ria, termasuk Wakil Bupati Kepulauan Meranti.

Aku, Sunnimorn, Ibu, Ayah, Ama sangat menikmati pesta ini. Kebahagiaan tidak hanya menyelimuti keluarga kami, tetapi seluruh warga yang ikut merayakannya.

Baik yang berasal dari suku Melayu atau suku Tionghoa dan suku lainnya, semuanya berbaur menjadi satu bersuka ria menikmati suasana Perang Air yang hanya di laksanakan sekali dalam setahun.

Acara ini menjadi terunik di dunia, karena merupakan satu-satunya di Indonesia, Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti dan digelar hingga satu minggu penuh yang dimulai sejak perayaan Imlek atau Tahun Baru Cina. Dalam perang air itu, kelompok warga berkeliling kota menggunakan becak motor dan ada juga menanti korbannya, di pinggir-pinggir jalan protokol sambil menyandang senjata air.

“Kakak, aku suka senjata airmu ini Kak, airnya sangat laju. Besok-besok pesan yang banyak ya Kak. Awas Kak, hati-hati! Aku akan membasahi tubuhmu, op … serang!” kata Sunnimorn begitu semangat meneriakiku memamerkan senjata air yang kubeli untuknya.

“Ayo,siapa takut! Aku kan membalasmu. Bersiap, ya. Ama, Ibu, Ayah, Ayo kita serang Sunnimorn! bukankah ini saatnya kita hukum dia karena selama ini dia selalu telat bangun pagi?” ucapku menyemangati yang lain.

“Ayo, ayo,” jawab mereka dengan penuh semangat.

Tawa bahagia terpancar di wajah kami. Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih berkah dari tahun-tahun kemarin. Harapanku, setiap air yang membasahi tubuh kami kiranya dapat membersihkan dosa-dosa masa lalu dan terbuang bersama air yang mengalir.












Maya Fasindah
Blog seorang guru dan alhamdulillah seorang penulis yang masih terus belajar dan belajar.

Related Posts

Posting Komentar