..

Emotional Healing Theraphy

4 komentar




Hai hai Sahabat Maya Semuanya? Semoga dalam keadaan sehat ya? Okelah, kali ini aku mau ceritakan sedikit pengalamanku mengenai emosi ya. Siapa yang gak pernah ngalamin yang namanya emosi, semua makhluk ciptaan Tuhan pernah ngalaminnya bahkan binatang sekalipun, perasaan marah, cemas, bimbang, bingung, dsb itu semua bisa kita rasakan dalam satu waktu, hanya saja bagaimana caranya kita nanggepin kata yang satu ini. Emosi. 
Nah, Sahabat Maya semuanya, perasaan emosi ini dapat mengakibatkan kematian loh jika kita tidak tahu bagaimana cara mengendalikannya, teruta wanita. Manusia ciptaan Allah SWT yang unik ini kerap kali diterpa perasaan marah, cemas, bingung yang secara tiba-tiba dapat mengubah mood seseorang, ditambah lagi dengan segala aktivitas yang tidak sesuai dengan jati dirinya. Ini yang perlu kita bahas lebih lanjut sahabat, kenapa? Karena aku tuh sedih banget bahkan menangis saat membaca berita tentang seorang Ibu yang sengaja menghilangkan nyawanya bersama anak-anaknya, faktor ekonomi? Gak juga, bahkan yang memliki harta banyak sekalipun sanggup melakukan ini semua. Harta ternyata bukanlah jadi jaminan seseorang itu bahagia, lantas apa? Mari kita bahas bersama-sama ya Sahabat…

Emotional Healing Theraphy merupakan terapi untuk melepaskan emosi bawah sadar yang dapat membantu seseorang menemukan tujuan hidup, memperoleh kesehatan fisik dan psikis, meraih hubungan yang menyenangkan dengan pasangan dan keluarga, menemukan jodoh yang tepat, dan mencapai karier yang diinginkan.

Ada 3 cara yang perlu dilakukan dalam mengelola perasaan emosi, aku menyebutnya dengan 3 M. Apa itu 3 M?

1. Menahan Emosi

2. Mengekspresikan Emosi

3. Melepaskan Emosi

Tiga cara itu memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Ketiganya bukan berlevel atau atau yang satu lebih baik dari yang lain. Ketiganya sama-sama bermanfaat dan baik sesuai dengan situasi dan kondisi keadaannya. Dengan kata lain, ketiganya itu saling melengkapi. Untuk memahaminya, mari kita bahas satu persatu ya sahabat.

1. Menahan Emosi

Menahan emosi sama halnya dengan mengendalikan emosi, yang artinya kita mampu meredam emosi yang muncul serta menahannya sehingga emosi tersebut tidak meledak-ledak dan berakibat fatal atau bahkan melukai orang lain yang akan menjadi penyesalan suatu hari nanti.

2. Mengekspresikan emosi (katarsis)

Menahan atau mengendalikan emosi itu memang baik, tetapi bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Emosi tersebut akan merusak diri sendiri, dan biasanya muncul dalam bentuk penyakit psikosomatis atau bisa juga menjadi meledak dengan efek ledakan yang sangat parah.

Yaitu, ketika kita sering memendam suatu emosi negatif, emosi itu tidak hilang akan tetapi tetap mengendap dibawah pikiran bawah sadar, begitulah terus menerus menumpuk di alam bawah sadar, semakin lama emosi yang kita pendam ini, levelnya akan semakin naik hingga garis batas (threshold) teratas. Ketika kemampuan diri kita dalam menahan stressor ini mencapai batasannya. Di saat itulah emosi tersebut akan bermanifestasi menjadi penyakit psikosomatis bila meledak ke dalam atau menjadi ledakan emosi yang sangat kuat bila meledak keluar.

Oleh karena itu, sahabat jangan heran ketika seseorang yang dalam keseharianya sahabat kenal sebagai orang yang sangat sabar dan juga baik, suatu saat bisa marah besar dan mengamuk. Itu artinya emosi negatif yang dia pendam sudah menembus garis threshold dari gelas emosinya dan meledak tidak terkendali.

Dalam dunia terapi dikenal yang namanya KATARSIS. Katarsis adalah sebuah cara untuk memberikan kesempatan terhadap seseorang untuk MENGEKSPRESIKAN emosinya yang lama ditahan. Setelah keluar semua emosi yang di pendam itu dan bersih maka akan lebih mudah bagi seseorang menjadikan hidup lebih baik lagi. Misalnya berteriak yang keras, menangis, tertawa, dll.

Namun Katarsis ini bukanlah pemyelesaian masalah, ini hanya langkah darurat saja sekedar mengurangi endapan emosi di dalam gelas emosi. Sahabat harus melanjutkan ke langkah selanjutntya yaitu:

3. Melepaskan Emosi

Setelah emosi berhasil dimunculkan dan di ekspresikan. Untuk selanjutnya kita harus melepas semua emosi yang ada. Yaitu dengan teknik BERDAMAI. Bila itu hanya terkait dengan diri sendiri, maka kita berdamai dengan diri sendiri. Bila itu terkait dengan orang lain, maka kita lakukan perdamaian secara mental dengan orang yang dimaksud, kemudian dilanjutkan berdamai dengan diri sendiri. Terima dan hargai diri sahabat seutuhnya kemudian putuskan untuk melepaskan segala emosi negatif tersebut untuk selamanya.

baca juga: 

Ada empat cara pelepasan emosi negatif:

1. Memutuskan untuk mengeluarkan emosi


Ambillah sebuah pensil atau benda kecil apa pun yang akan sahabat jatuhkan tanpa memberikan kesempatan berikir dua kali.

Sekarang peganglah pensil itu dengan kencang. Berlakukah seolah-olah benda itu adalah keyakinan sahabat yang membatasi dan tangan sahabat seolah-olah kesadaran sahabat. Jika sahabat menggenggam benda itu cukup lama, sahabat akan merasakan ketidaknyamanan.

Sekarang bukalah tangan sahabat dan jatuhkan benda tersebut. Amatilah bahwa sahabat lah yang menggenggamnya. Benda itu tidak melekat di tangan sahabat. Demikian juga dengan kebenaran perasaan sahabat. Perasaan sahabat sama dengan melekatnya seperti pensil tadi melekat di tangan sahabat.

Kita menggenggam perasaan-perasaan kita dan kita lupa bahwa kita mengikatkan diri pada mereka. Hal ini bahkan terjadi pada bahasa kita. Kita kita marah atau sedih, kita biasanya tidak mengatakan, “Saya merasa marah” atau “Saya sedih.” Tanpa menyadari hal tersebut, kita salah mengenali bahwa kita adalah perasaan itu. Sering kita mempercayai bahwa kita terikat dengan perasaan itu. Kenyataan ini adalah tidak benar, bahwa kita dapat mengontrolnya, hanya saja kita tidak tahu bagaimana cara mengontrolnya.

Sekarang lepaskan benda tersebut, apa yang terjadi? Sahabat melepaskan benda tersebut dan menjatuhkannya ke lantai. Apakah sulit? Tentu tidak. Hal tersebut apa yang kita maksudkan sebagai “ Membiarkan pergi atau melepaskan.”

Sahabat dapat melakukan hal tersebut pada emosi sahabat, memilih untuk melepaskannya.


2. Menerima atau mengizinkan emosi


Berpegang pada analogi yang sama: jika sahabat berjalan dengan tangan terbuka, tidaklah sulit untuk memegang pensil atau benda lain bukan? Demikian pula ketika sahabat mengizinkan atau menerima sebuah perasaan, sahabat membuka perasaan sahabat dan hal ini memungkinkan perasaan hilang dengan sendirinya seperti kabut yang berjalan di udara atau asap yang keluar melalui cerobong. Hal tersebut seolah-olah sahabat sedang membuka tutup panci yang sedang memasak sesuatu.


3. Masuk ke dalam inti emosi


Sekarang jika sahabat ambil benda yang sama, sebuah pensil, pulpen atau batu kerikil dan bayangkan sahabat membesarkan ukurannya, benda tersebut akan tampak terus membesar seperti ruangan kosong. Ketika sahabat menyelam masuk kedalam inti perasaan sahabat, sahabat akan melihat suatu kejadian: tidak ada sesuatu apa pun yang ada disana.

Setelah sahabat menguasai proses pelepasan, sahabat akan menemukan bahwa perasaan yang dalam pun hanya ada di permukaan. Inti di dalamnya sahabat menemukan ruang kosong, tenang dan damai, bukan rasa sakit atau kegelapan yang diasumsikan oleh kebanyakan dari kita. Kenyataannya, bahwa perasaan yang begitu ekstrim pun hanyalah seperti buih sabun mandi. Dan sahabat tahu jika sahabat menusukkan jari sahabat pada buih tersebut, buih akan meletus. Hal tersebut persis terjadi ketika sahabat masuk ke dalam inti perasaan sahabat.

4. Pelepasan menyeluruh (holistic releasing)


Akhirnya, setelah sahabat fokus pada benda yang ada di tangan sahabat, sahabat akan mendapati bahwa hal tersebut ditegaskan kembali oleh kebalikannya. Dengan kata lain alasan mengapa sahabat dapat merasakan benda karena ruang di sekitar benda tersebut. Tanpa ruang tidak mungkin ada isi. Bila dikaitkan pada perasaan dan masalah yang berdasar emosi, maka seperti itulah kebalikannya. Sahabat bisa memulainya dengan menjawab pertanyaan yang berkitan dengan perasaan emosi kita.

Bisakah?

Tanyakan pada diri sendiri”Bisakah saya melepaskan rasa cemas ini?”

Apa pun jawabannya baik atau tidak, lanjutkan dengan pertanyaan berikut:

Maukah?

“Maukah saya melepaskan rasa cemas ini?”dan lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya.

Kapan?

“Kapan saya akan melepaskan rasa cemas ini?”


sampai bertemu di ulasan berikutnya, semoga bermanfaat ya Sahabat Maya...




Referensi:


Tes kepribadian untuk melihat tipe karaktermu dan orang lain (2015, psikopedia)

Cara cepat membaca bahasa tubuh (2016, psikologi corner)

The habit of miliarder dalam berfikir dan menyikapi kegagalan (2016, psikologi corner)















Maya Fasindah
Blog seorang guru dan alhamdulillah seorang penulis yang masih terus belajar dan belajar.

Related Posts

4 komentar

  1. memang sulit mengelola emosi. apalagi kalau sudah lama dipendam dan akhirnya mencapai puncaknya saat ada pemicunya. saya kalau lagi marah biasanya diam dulu , tidur, bangun wudhu dan sedikit berkurang rasa untuk marah

    BalasHapus
  2. Mba, serius manfaat banget artikel ini. Healing yang bisa banget dilakukan oleh masing-masing pribadi. Karena tingkat stressor orang berbeda dan bijak mengelolanya adalah langkah terbaik.

    BalasHapus
  3. daya tahan setiap orang beda-beda dalam menghadapi tekanan, oleh karena itu terapi yangg diperlukan berbeda-beda pula, thanks for sharing ya

    BalasHapus
  4. Katarsis juga terkadang membawa manfaat, yaa, jika dilakukan pada takaran yang tepat. Thankyou for sharing mba. Artikel healing ini memang banyak dicari orang

    BalasHapus

Posting Komentar