..

Koneksi Antar Materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Modul 3.2

Pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggungjawab untuk memimpin dan bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama, Idealnya seorang pemimpin mempunyai kekuasaan yang dilimpahkan kepadanya. Kekuasaan tersebut merupakan alat dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Oleh karena itu, agar tugas kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik maka digunakan strategi. Strategi yang dipilih bergantung kepada seberapa tinggi penegetahuan dan keterampilan pimpinan dalam membuat dan mengembangkan serta memilih strategi yang cocok. Kepemimpinan juga memiliki dua dimensi, yaitu: pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau komunitas.

Sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya. Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

1. Murid

2. Kepala Sekolah

3. Guru

4. Staf/Tenaga Kependidikan

5. Pengawas Sekolah

6. Orang Tua

7. Masyarakat sekitar sekolah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

1. Keuangan

2. Sarana dan prasarana

Materi yang dipelajari pada modul 3.2 yaitu Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya. Adapun pembahasannya lebih menekankan pada satu pendekatan yaitu yang dikenal sebagai Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Aset Based Thinking). Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan bermodal kekuatan dan potensi yang ada dalam diri kita sendiri. Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset berfokus pada potensi/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang berorientasi pada masa depan bukan berfokus pada masalah/isu.

Berbekal pemahaman yang telah saya peroleh melalui materi yang ada pada modul 3.2 ini, maka saya mampu melihat kekuatan/potensi diri yang saya miliki selama ini. Kekuatan/potensi tersebut merupakan aset bagi diri saya sebagai seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada. Baik sumber daya yang ada di kelas, sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dalam implementasinya, langkah pertama yang akan saya lakukan dalam proses pembelajaran di kelas adalah memanfaatkan potensi dan kekuatan yang di miliki oleh murid. Saya yakin, bahwa setiap murid memiliki potensi yang ada dalam diri mereka. Potensi yang dimilki oleh setiap murid tentunya berbeda-beda (berdiferensiasi). Keberagaman potensi yang dimiliki murid ini merupakan salah satu aset bagi saya dalam mengelola sumber daya sehuingga mampu menciptakan karya menurut kreatifitas mereka masing-masing. Murid dapat berinovasi mengembangkan kreativitasmya dengan menerapkan ide-ide yang mereka miliki. Memanfaatkan ruang kelas sebagai sarana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi murid.

Implementasi selanjutnya yaitu untuk sekolah, saya akan memberdayakan potensi/aset yang dimiliki oleh sekolah. Baik itu potensi yang dimiliki oleh kepala sekolah, guru, tenaga staf, murid, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Karena hal tersebut akan berdaya dukung untuk mensukseskan program-program yang di buat oleh sekolah. Melibatkan seluruh komponen sekolah untuk turut mendukung dan bekerja sama dalam satu sinergi agar mampu mengembangkan eksistensi sekolah. Mengajak semua komponen sekolah merancang suatu program dalam pengembangan kreativitas baik murid mapun gurunya. Mengajak semua komponen sekolah untuk terlibat dalam realisasi potensi yang mereka miliki. Implementasi bagi lingkungan masyarakat sekitar adalah dalam bentuk komunikasi sosial kemasyarakatan. Menjalin hubungan sosial dengan baik kepada seluruh warga sekitar sekolah. Membina hubungan kerjasama lewat komite sekolah yang ada.

Muatan materi yang ada dalam modul 3.2 ini merupakan keterpaduan yang sistematis dari keseluruhan rangkaian dari materi yang ada dalam modul sebelumnya. Pemikiran dan filosofi tentang pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara merupakan sebuah tonggak sejarah pendidikan di Indonesia. Dalam perannya, guru adalah pemimpin pembelajaran yang menuntun murid agar mencapai kebahagiaannya sesuai dengan kodratnya. Guru sebagai seorang pemimpin dalam pembelajaran seyogyanya mampu melihat kekuatan dan potensi yang di miliki oleh murid. Karena hal ini merupakan bagian komponen biotik dalam komunitas sekolah yang dapat dijadikan aset/modal dalam penyelenggaraan program sekolah sebagai salah satu kekuatan untuk membangun dan mengembangkan pendidikan.

Dalam implementasinya, seorang pemimpin pembelajaran membutuhkan strategi-strategi yang relevan. Salah satu strategi yang digunakan adalah strategi dalam pengambilan keputusan. Untuk mengambil satu keputusan yang tepat dan efektif tentu dibutuhkan kemampuan menetapkan paradigma dan prinsip-prinsip serta pengujian. Dalam hal ini seorang pemimpin adalah personal yang memiliki kecakapan tertentu dan sebagai bagian dari aset/modal terbesar yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Dalam sebuah komunitas tentu memiliki aset/modal yang salah satunya adalah modal manusia dengan potensi dan kekuatannya masing-masing. Karena setiap manusia tentu memiliki potensi dan kekuatan yang berbeda-beda. Hal ini terkait juga dengan materi pembelajaran berdiferensiasi, bahwa setiap manusia tumbuh dan berkembang dengan segala perbedaan. Jika segala perbedaan itu dapat bekerja bersama dalam sinergitas sebuah komunitas maka akan tercipta kekuatan besar untuk mencapai keberhasilan bersama.

Sebelum mempelajari materi pada modul 3.2 ini, saya cenderung melihat sebuah komunitas hanya pada kekurangan yang ada, masalah yang sedang terjadi, kendala yang sedang dihadapi. Segala sesuatu yang ada dalam komunitas tersebut, saya lihat dengan cara pandang yang negatif tanpa melihat adanya kekuatan/potensi yang dimiliki oleh komunutas tersebut. Tetapi setelah saya mempelajari dan memahami materi pada modul 3.2 ini, satu pemikiran baru saya dapatkan terhadap cara pandang pada sebuah komunitas. Yaitu pengelolaan sumber daya sebagai aset/kekuatan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Saya yakin bahwa pengelolaan sumber daya sebagai aset/kekuatan (Aset Based Thinking) adalah merupakan sebuah konsep untuk menemukan dan mengenali hal-hal positif. Dengan menggunakan potenssi sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi positif. Saya menjadi sadar bahwa kekuatan untuk membangun sebuah komunitas adalah terletak pada potensi yang dimiliki oleh setiap komponen yang dimiliki oleh komunitas tersebut. Dan cara memaksimalkan pemanfaatan aset dan kekuatan itu tentunya terletak pada kemampuan dan kecakapan seorang pemimpin dalam mengambil satu keputusan yang tepat dan berdaya guna bagi seluruh bagian komunitas baik internal maupun eksternal.

Pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Implementasidi dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.

Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.

Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.

Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.

Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik.

Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.

Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.

Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.

Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.

Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif.

Contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang terdiri dari sumber daya modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansioal, modal agama dan budaya akan sangat berpengaruh terhadap kulitas proses pembelajaran. Maka dari itu, pengelolaan harus dilakukan secara tepat. Setiap sumber daya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus bisa mengidentifikasi aset yang dimiliki sebagai kelebihan dari sumber daya, manfaatkan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan mengesampingkan kekurangan yang ada, fokus pada kekuatan dan dukungan yang dimiliki agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan berkualitas.

Beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang didapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.

Modul 1.1.

Ki Hajar Dewantara membedakan kata Pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti dan tujuan pendidikan. Pengajaran (Onderwijs) adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan bathin. Sedangkan pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Semboyan Pendidikan menurut Kihajar Dewantara adalah "Ing ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Kaitannya dengan pengelolaan sumber daya adalah pemimpin pembelajaran mengelola sumber daya yang ada (siswa) sesuai dengan kodratnya, karena sejatinya setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikan contoh, dorongan dan motivasi dalam pengelolaan sumber daya agar menjadi efektif.

Modul 1.2

Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif.

Modul 1.3

Pengelolaan sumber daya bisa dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Sesuai dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, Jabarkan rencana).

Modul 1.4.

Agar pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan salah satunya adalah budaya positif dalam melakukan kesepakatan kelas. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada lagi pembelajaran yang memberikan hukuman versus hadiah. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer. Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.

Modul 2.1

Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus bisa melayani setiap kebutuhan siswa. hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.

Modul 2.2

Sadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional Casel adalah sebagai berikut: Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi). Kesadaran diri meliputi kemampuan memahami proses belajar dan pemikiran diri, mengembangkan sikap percaya diri dan memahami perasaan, minat, nilai dan kekuatan.
Kesadaran Sosial (Empati). Kesadaran sosial meliputi pemahaman perbedaan perspektif dan berempati, mengenali dan menghargai persamaan maupun perbedaan, memanfaatkan sumber daya di rumah, sekolah dan komunitas secara efektif.
Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus). Pengelolaan diri meliputi mengelola stress, mengontrol impuls dan ketekunan dalam menghadapi hambatan, atau sering disebut dengan Mengelola emosi dan fokus). Stop/ Behenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukaTake a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda?Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuangnapas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. Fokus pada pilihan Anda yang terbaik saat ini. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai.
Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Dalam pengambilan keputusan yang bertanggungjawab mempertimbangkan faktor etika, akademik, standard masyarakat dalam membuat pilihan dan keputusan. Memberikan Kontribusi terhadap perwujudan dan wellbying sekolah dan komunitas.
Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Ketrampilan resiliensi meliputi: membangun hubungan yang sehat berlandaskan kerjasama dan sikap hormat. menolak tekanan sosial yang tidak tepat. mencegah dan mengelola serta menyelesaikan konflik. Mencari pertolongan bila membutuhkan.

Modul 2.3

Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, Sebagai seorang ‘pamong’. Guru dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Pentingnya proses coaching dalam pengelolaan sumber daya yaitu

Proses untuk mengaktivasi kerja otak murid.

Pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi.

Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya.

Keterampilan Coaching meliputi:

Keterampilan membangun hubungan baik (kemitraan)

Keterampilan berkomunikasi

Keterampilan memfasilitasi pembelajaran.

Modul 3.1

Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit.

Jika dalam pengambilan keputusan menggunakan prinsip jangka pendek lawan jangka panjang, tentu ketika kita mengambil keputusan untuk mengorbankan jangka pendek demi keberhasilan di masa depan kehidupan anak-anak, awalnya terkesan kurang adil, namun seiring berjalannya waktu, selain siswa diberikan pemehaman yang sesuai, pengaruh dalam jangka panjang akan tampak berpengaruh positif secara nyata dalam kehidupan anak-anak.

Hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran yang sudah berubah setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pengelola sumber daya, saya sering berfikir atau bahkan melakukan pengelolaan sumber daya dengan pendekatan masalah. Sehingga yang terfikir adalah sisi negatif dan kelemahan atau kekurangan yang dimiliki dari sumber daya yang ada. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Setelah mempelajari modul ini saya baru menyadarai bahwasanya kita sebagai pengelola sumber daya harus bisa memanfaatkan apa yang kita punya sebagai kekuatan. Fokusnya adalah kelebihan yang dimiliki dengan mengesampingkan kekurangan. Menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.



Demikianlah koneksi antar materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, semoga bermanfaat dan sampai ketemu lagi pada modul-modul berikutnya, terima kasih.



Maya Fasindah
Blog seorang guru dan alhamdulillah seorang penulis yang masih terus belajar dan belajar.

Related Posts

Posting Komentar