..

Karya Ilmiah-Patriotisme Literal Dalam Buku Antologi Bangga Menjadi Guru Literat


PATRIOTISME LITERAL DALAM BUKU ANTOLOGI BANGGA MENJADI GURU LITERAT

Maya Fasindah

SMKS Kasih Mitreya Selat Panjang

mayafasindah@gmail.com



Abstrak

Patriotisme literal adalah orang-orang yang memiliki jiwa patriotik yang rela berkorban demi cintanya pada tanah air dan bangsanya, mampu mendidik, merubah karakter anak bangsa menjadi lebih baik, memotivasi, berinovasi dengan metode, dan siap dengan segala konsekuensi yang ada. Dalam usaha mencerdaskan anak bangsa dengan berbagai tantangan dan dilemma, guru sangat tertantang dengan adanya Gerakan Literasi Nasional ( GLN ). Tidak hanya guru, orang tua, msyarakatpun turut andil didalamnya. Buku antologi bangga menjadi guru literat merupakan perjuangan para guru demi tercapainya proses belajar mengajar dengan baik dan mengasyikan. Mereka harus berfikir keras dan rela berkorban bagaimana mencipta, mengubah dan berinovasi sehingga peserta didik tidak merasa bosan dengan proses belajar mengajar yang biasa-biasa saja.

Kata kunci: patriotisme, literasi, antologi

Abstract

Literal patriotism is people who have a patriotic spirit who are willing to sacrifice for their love for their homeland and nation, are able to educate, change the character of the nation's children for the better, motivate, innovate with methods, and be prepared with all the consequences. In an effort to educate the nation's children with various challenges and dilemmas, teachers are very challenged by the National Literacy Movement (GLN). Not only teachers, parents, people also contribute to it. The anthology book is proud to be a literate teacher is the struggle of the teachers for the achievement of the learning process well and exciting. They must think hard and be willing to sacrifice how to create, change and innovate so that students do not feel bored with the teaching and learning process that is mediocre.

Keywords: patriotism, literacy, antologi


Pendahuluan

Patriotisme merupakan suatu sikap yang berani, pantang menyerah dan juga rela berkorban demi bangsa dan juga negara. Patriotisme juga bisa dimaknai sebagai rasa kagum terhadap adat istiadat ataupun kebiasaan bangsanya, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsanya serta sikap mengabdi demi kesejahteraan bangsanya. Sikap mengabdi mengenai cinta tanah air dalam era modern dapat dibuktikan dalam kompetensi bangsanya memaknai perjuangan lebih kepada mencerdaskan bangsa itu sendiri.

Menurut Budiyono patriotisme adalah sebuah sikap yang mengarah kepada upaya menjaga kemerdekaan dan tanah airnya dengan segala cara, termasuk dengan mengorbankan jiwa dan raganya. Sedangkan menurut Richard Aldington adalah sebuah rasa tanggung jawab kolektif pada diri seseorang yag hidup dan tentunya sangat dibutuhkan dalam setiap bentuk kehidupan bersama pada tingkatan lokal maupun internasional.

Sementara menurut Blank Dan Schmidt adalah berbeda, mereka menyatakan bahwa sikap nasionalisme lebih bernuansa mendominasi dan menonjolkan superioritas terhadap bangsa lain. Sedangkan, patriotisme merupakan dimana sikap tersebut lebih berbicara dan lebih memberi bukti akan cinta dan loyalitas pada tanah air dan bangsanya.

Buku antologi “Bangga Menjadi Guru Literat” ini adalah bukti para guru, penulis dan penggiat literasi akan cintanya pada bangsa dan tanah air Indonesia yang mampu mengubah pembelajaran menjadi lebih baik, dan sekolah menjadi lebih maju dari sebelumnya, baik masalah kedisiplinan anak didik maupun masalah pola pikir mereka. Karena itulah mereka yang mampu mengubah itu semua pantas disebut patriotisme literal mengingat perjuangan mereka tidaklah mudah demi mencerdaskan anak bangsa.

Rasa tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan dan karakter bangsa Indonesia merupakan tugas dan kewajiban para pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan pada era milenial ini. Rasanya pendidik semakin sulit dalam menghadapi tingkah laku peserta didik yang semakin modern sejak adanya gawai dan aneka permainan di dalamnya.

Untuk itulah para pendidik yang memiliki jiwa pantang menyerah dan rela berkorban demi mencerdaskan bangsa harus tetap semangat dan terus menggali potensi diri yang ada agar nantinya peserta didik tidak bosan belajar dan dapat lebih fokus lagi.

Para pendidik merasa tertantang bagaimana menghadapi anak di era milenial ini, sebab semuanya semakin canggih dan praktis. Jika guru hanya diam dan mengajar dengan metode lama atau tidak berinovasi, maka siswa pun tidak akan berkembang. Guru harus lebih berinovasi dan berfikir keras bagaimana cara mengembangkan gaya belajarnya selama ini.
Sikap dan Sifat Patriotisme

Mengetahui bahwa sikap dan sifat patriotisme itu sangat penting, ada baiknya saya paparkan sebagai berikut: Simpati terhadap bangsa. Patriotisme ini membuat seseorang itu mampu mencintai bangsa dan juga negaranya tanpa menjadikan negara tersebut sebagai tujuan yang menguntungkan untuk diri sendiri.
Solidaritas. Patriotisme ini menciptakan solidaritas untuk bisa mencapai kesejahteraan bangsa.
Patriotisme ini mampu untuk melihat kekuatan dan juga kelemahan bangsa.
Nilai Berbudaya Bangsa. Dengan modal nilai-nilai serta budaya bangsa, berjuang pada saat ini untuk bisa mencapai cita- cita bangsa.
Rasa mempunyai identitas diri. Patriotisme merupakan sikap mau melihat, menerima, dan juga mengembangkan watak serta juga kepribadian bangsa.
Bersifat terbuka. Patriotisme ini berarti melihat bangsanya dalam konteks hidup dunia, bersedia untuk terlibat di dalamnya dan juga bersedia belajar dari bangsa- bangsa lain demi kemajuan bangsa.

Ciri-ciri seorang patriot: Cinta tanah air
Tidak kenal menyerah
Berjiwa Pembaru
Menempatkan persatuan serta kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan juga golongan.
Contoh Patriotisme
Contoh dari sikap serta kegiatan yang mencerminkan jiwa patriotisme didalam kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai berikut: Mengikuti upacara hari besar kenegaraan.
Mengikuti kegiatan bakti sosial.
Mengikuti kegiatan seperti pramuka, PMR, dll.
Mengikuti apresiasi seni budaya.
Menghormati Guru/Orang tua/Orang sekitar.
Rajin belajar,
Membawa pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri
Tidak merusak lingkungan hidup
Ikut serta memelihara fasilitas umum
Ikut serta dalam pembangunan bangsa
Mentaati peraturan yang ada
Melestarikan budaya bangsa

Berdasarkan sikap, sifat dan contoh patriotisme inilah perlu dikembangkan adanya budaya literasi. Seperti yang kita ketahui sekarang ini, pemerintah mewajibkan adanya Gerakan Literasi Nasional di tiap-tiap sekolah. Untuk itulah guru, penulis, penggiat literasi diwajibkan membuat gebrakan baru demi tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia, dan menjadikan siswa berkarakter baik.
Apa Itu Literasi?

Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.

Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajaran nya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

Dan secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang dimana artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis.
Pengertian Literasi Menurut Para Ahli

Agar lebih dapat memahami apa itu literasi, maka kita dapat merujuk pada pendapat dari beberapa sumber berikut ini:
1. Menurut Elizabeth Sulzby

Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
2. Menurut Harvey J. Graff

Menurut Harvey J. Graff “2006”, Literasi ialah suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca.
3. Menurut Jack Goody

Menurut Jack Goody, Literasi ialah suatu kemampuan seseorang dalam membaca dan juga menulis.
4. Menurut Merriam – Webster

Menurut kamus online Merriam – Webster, Literasi ialah suatu kemampuan atau kualitas melek aksara di dalam diri seseorang dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
5. Menurut UNESCO

Menurut UNESCO “The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”, Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
6. Menurut Alberta

Menurut Alberta, Literasi ialah kemampuan membaca dan menulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
7. National Institute for Literacy

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

8. Education Development Center (EDC)

Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Tujuan, Manfaat, Jenis dan Prinsip
Tujuan Literasi

Adapun setelah kita memahami pengertian Literasi diatas, hal ini tentunya kita sudah memiliki gambaran mengenai tujuan literasi, nah adapaun tujuan literasi itu sendiri ialah sebagai berikut:

1. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca berbagai informasi bermanfaat.

2. Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca.

3. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian kritis terhadap suatu karya tulis.

4. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik di dalam diri seseorang.

5. Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan membaca dan menulis.

6. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah-tengah masyarakat secara luas.

7. Membantu meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang sehingga lebih bermanfaat.
Manfaat Literasi

Setelah melihat tujuan literasi yang begitu baik, hal ini tentunya masyarakat akan mendapatkan berbagai manfaat darinya, dan adapun beberapa manfaat literasi ialah sebagai berikut:

1. Menambah perbendaharaan kata “kosa kata” seseorang.

2. Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca dan menulis.

3. Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru.

4. Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.

5. Kemampuan memahami makan suatu informasi akan semakin meningkat.

6. Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.

7. Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang.

8. Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi seseorang.

9. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai kata yang bermakna dan menulis.
Jenis-Jenis Literasi

Dalam hal ini meskipun penggunaan istilah literasi sudah sangat jamak, namun pada dasarnya istilah tersebut tetap merujuk pada kemampuan dasar seseorang dalam membaca dan menulis, mengacu pada literasi, berikut ini ialah beberapa jenis literasi yaitu:
1. Literasi Dasar

Literasi dasar adalah kemampuan dasar dalam membaca, menulis, mendengarkan dan berhitung. Tujuan literasi dasar ialah untuk mengoptimalkan kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berkomunikasi dan berhitung.
2. Literasi Perpustakaan

Literasi perpustakaan adalah kemampuan dalam memahami dan membedakan karya tulis berbentuk fiksi dan non-fiksi, memahami cara menggunakan katalog dan indeks, serta kemampuan memahami informasi ketika membuat suatu karya tulis dan penelitian.
3. Literasi Media

Literasi media adalah kemampuan dalam mengetahui dan memahami berbagai bentuk media “media elektronik, media cetak dan lain-lain” dan memahami cara penggunaan setiap media tersebut.
4. Literasi Teknologi

Literasi teknologi adalah kemampuan dalam mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan teknologi misalnya hardware dan software, mengerti cara menggunakan internet serta memahami etika dalam menggunakan teknologi.
5. Literasi Visual

Literasi visual adalah pemahaman yang lebih kemampuan dalam menginterpretasi dan memberi makna dari suatu informasi yang berbentuk gambar atau visual. Literasi visual hadir dari pemikiran bahwa suatu gambar bisa “dibaca” dan artinya bisa dikomunikasikan dari proses membaca.
Prinsip-Prinsip Literasi

Ada beberapa prinsip penting dalam pengembangan literasi di suatu lembaga pendidikan, menurut Kylene Beers “2009”, berikut ini ialah beberapa prinsip pengembangan literasi sekolah yaitu:
1. Bersifat Berimbang

Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain, sekolah harus menerapkan prinsip ini dengan menerapkan strategi dalam membaca dan variasi bacaan.
2. Bahasa Lisan Sangat Penting

Setiap siswa harus dapat berdiskusi tentang suatu informasi dalam diskusi terbuka yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, dengan begitu diharapkan siswa mampu menyampaikan pendapatnya dan melatih kemampuan berpikir lebih kritis.
3. Berlangsung Pada Suatu Kurikulum

Menurut Kylene Beers, seharusnya program literasi diterapkan pada seluruh siswa dan tidak tergantung pada kurikulum tertentu, dengan kata lain kegiatan literasi menjadi suatu kewajiban bagi semua guru dan bidang studi.
4. Pentingnya Keberagaman

Keberagaman ialah sesuatu yang layak untuk dihargai dan dirayakan di setiap sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan berbagai buku bertema kekayaan budaya negara Indonesia sehingga siswa lebih mengenal budaya bangsa dan turut serta melestarikannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis karena melibatkan pengetahuan bahasa (lisan dan tulisan), kemampuan kognitif, serta pengetahuan mengenai genre dan kultural.

Demikianlah penjelasan ringkas mengenai arti literasi, tujuan, manfaat, jenis-jenis, dan beberapa prinsipnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu.
Patriotisme Literal

Patriotisme Literal adalah orang-orang yang memiliki jiwa patriotik yang rela berkorban demi cintanya pada tanah air dan bangsanya, mampu mendidik, merubah karakter anak bangsa menjadi lebih baik, memotivasi, berinovasi dengan metode, dan siap dengan segala konsekuensi yang ada.

Salah satu karya yang ada dalam buku antologi bangga menjadi guru literat ini kiranya mampu menambah semangat para pejuang literasi demi mendidik anak bangsa.
Guru Dilan dan Milea

Membaca buku secara rutin sangat dianjurkan bagi generasi milenial saat ini, apalagi minat baca dari anak Indonesia masih sangat rendah, mereka lebih tertarik dengan berbagai permainan yang ada dalam gawai mereka. Padahal dengan membaca buku setiap hari, wawasan yang diperoleh menjadi lebih luas dan hal tersebut akan merangsang kemampuan untuk berfikir secara kreatif. Menjadi guru Dilan ( Digital Learning ) dan Milea ( Milenial Aktivitas), kiranya salah satu cara yang dapat saya lakukan demi menyesuaikan perkembangan zaman. Memanfaatkan tekhnologi daring dan luring sebaik mungkin harus terus dilakukan.

Dilan lahir ketika generasi milenial mulai mengenal gawai dan komputer, sehingga wajar apabila generasi ini lebih melek teknologi dibanding generasi-generasi sebelumnya. Seiring dengan tumbuh kembangnya Dilan, guru dapat memanfaatkannya dengan berbagai video motivasi maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan bahan ajar sehingga anak lebih memahami dan tertarik dengan pembelajaran. Salah satu cara yaitu melalui metode parodi. Metode ini telah saya lakukan dan buktikan sehingga dapat menambah semangat belajar anak. Saya yang saat ini mengajar di salah satu sekolah menengah kejuruan swasta keturunan Tionghoa, mengikuti salah satu kegiatan anak menyanyikan lagu-lagu INLA. Lirik nya kemudian saya ganti dengan materi yang saya ajarkan dan hasilnya pun Alhamdulillah anak mulai semangat membaca dan belajar bahasa Indonesia, padahal pada awalnya mereka sama sekali tidak menyukainya.

Generasi milenial sebenarnya memiliki pola fikir yang jauh lebih aktif dan produktif jika kita sebagai seorang guru tidak pantang menyerah demi terciptanya proses belajar mengajar yang berbeda dari biasanya. Memanfaatkan metode luring misalnya, guru dan siswa dapat belajar di luar jam pelajaran sekolah, siswa bebas bertanya apa saja mengenai materi pelajaran yang tidak ia fahami. Adanya grup pada media WA dapat menambah ilmu pengetahuan mereka sehingga wawasannya pun lebih luas.

Berbeda dengan Milea ( Milenial Aktivitas ), guru harus lebih aktif dan produktif dalam menggali potensi diri sehingga para peserta didik merasakan asyiknya belajar dalam kelas. Menjadi guru pada zaman ini haruslah lebih kreatif jika dibandingkan dengan guru pada masa lalu. Jika kita bandingkan cara mengajarnya tentulah jauh berbeda. Jika guru pada masa lalu cukup dengan metode ceramah, maka guru sekarang harus lebih inovatif dalam mengembangkan pengajarannya. Ini semua dilakukan demi kecerdasan generasi masa depan. Karena itu perlulah kiranya kita sebagai seorang guru menjadi penggiat literasi, karena selain menambah wawasan banyak manfaat yang dirasakan salah satunya menambah semangat kita sebagai pendidik dalam melakukan berbagai metode baru, bukankah dalam K-13 siswa terlebih dahulu diberikan waktu untuk membaca apa saja demi menambah wawasan mereka mengenai pengetahuan yang baru. Dari sinilah timbul berbagai macam inovasi baik itu dalam bentuk memanfaatkan teknologi maupun kreatifitas guru itu sendiri.

Saya termasuk salah satu guru sekaligus penulis dan penggerak literasi, tentunya memiliki tantangan tersendiri. Semakin lama menjadi seorang guru saya semakin tertantang untuk menjadi “ lebih dari seorang guru. “ Karena guru zaman sekarang ini harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, istilah gaptek dulu pernah saya rasakan. Namun jika kita memiliki tekad dan kemauan yang kuat maka semua itu bukanlah masalah besar. Sejak saya tergabung menjadi guru penulis sekaligus penggiat literasi pada media guru maupu guru siana, saya menjadi lebih bersemangat melakukan hal-hal baru terlebih jika itu menunjang proses menjadikan kita jauh lebih baik dari sebelumnya. Karena kita lebih banyak melakukan hal-hal yang berkaitan dengan keprofesian dari pada hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun.

Karena itu sebagai guru perlulah kita menanyakan pada anak tentang apa yang mereka sukai dan tidak, hanya saja semua itu kembali pada kita apakah kita mampu mengubah kesukaan mereka dalam pembelajan sehingga kita pun juga menyukainya dan akhirnya terciptalah suasana belajar yang bahagia, gembira dan suka cita. Itu adalah hal yang paling utama menurut saya di terapkan dalam kelas. Ciptakan suasana hati sedemikian rupa sehingga mampu merubah sikap kita menjadi lebih baik dan mengajar tidak lagi menjadi beban karena berbagai tingkah laku anak.

Dari cerita tersebut diatas, jelaslah bahwa mendidik itu tidaklah mudah, beban pendidik bukan hanya pada bagaimana seseorang itu dikatakan guru, namun bisa dikatakan bahwa guru juga dengan tidak sengaja belajar ilmu psikologi anak, bagaimana harus memahami karakter anak, menghadapi dan menyelesaikan masalah mereka. Terkait mengenai istilah ABK ( Anak Berkebutuhan Khusus ) bukan hanya mengatasi anak yang mengalami keterbelakangan mental saja, tetapi anak yang memiliki tingkah lau yang tidak biasanya juga dapat dikatakan Anak Berkebutuhan Khusus. Untuk itulah saya mengajak Bapak/Ibu para pejuang literasi, mari, mari kita tingkatkan kemampuan dalam menggali potensi dan bakat yang terpendam dalam diri kita masing-masing.
Simpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah saya paparkan, maka dapatlah disimpulkan bahwa Patriotisme literal merupakan sikap dimana sikap tersebut lebih berbicara dan lebih memberi bukti akan cinta dan loyalitas pada tanah air dan bangsanya. Bukti tersebut dapat diabadikan dalam sebuah buku.

Gerakan literasi yang dicanangkan pemerintah melalui Gerakan literasi sekolah, gerakan literasi keluarga, gerakan literasi masyarakat ternyata disambut antusias oleh guru sebagai pelaku utama pendidikan di sekolah atau madrasah.

Sebagai ujung tombak pendidikan, peranan guru sangat vital untuk memulai, mendorong, menggiatkan, dan memotivasi peserta didik dan semua komponen di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dalam gerakan literasi nasional.

Antologi merupakan usaha sadar dari para penulisnya untuk mengabadikan perjalanan literasinya dengan tujuan bisa menginspirasi para pembacanya untuk bersama-sama berbuat yang terbaik demi kemajuan literasi di Indonesia.

Literasi adalah roh pendidikan yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Guru literat adalah sosokpendidik, penulis, dan penggiat literasi yang tak berhenti untuk berinovasi dan memotivasi pada siapa pun untuk bergerak bersama-sama mewujudkan kemajuan pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dalam buku antologi “Bangga Menjadi Guru Literat”.

Buku bangga menjadi guru literat adalah kolaborasi 67 penulis, pendidik, dan penggiat literasi yang terus menerus memberikan motivasi dan teladan dalam bidang literasi. Para penulis menuturkan berbagai pengalaman nyata yang mereka terapkan di manapun mereka bertugas.
Daftar Pustaka

http://www.unesco.org/new/en/education/themes/education-building-blocks/literacy/
http://www.unesco.org/education/GMR2006/full/chapt6_eng.pdf
https://www.edc.org/newsroom/articles/what_literacy
http://ezinearticles.com/?The-Need-For-Literacy&id=6945882
https://www.dkampus.com
https://www.dosenpendidikan.co.id/literasi-adalah/

pustaka media guru, bangga menjadi guru literat, 2020.








































Maya Fasindah
Blog seorang guru dan alhamdulillah seorang penulis yang masih terus belajar dan belajar.

Related Posts

Posting Komentar