..

Pentigraf




Pentigraf memiliki tiga kata kunci penting yaitu: cerpen, tiga, dan paragraf. Tiga kata kunci tersebut merupakan spirit dan sekaligus karakter dari pentigraf. Karya sastra ini kali pertama digagas dan dikembangkan oleh sastrawan dari Unesa, Dr. Tengsoe Tjahjono. Beliau mulai memperkenalkan pentigraf ini sejak 1980-an di media lokal Suara Indonesia Malang. Menurut pandangan beliau cerpen tiga paragraf sangat relevan dihadirkan dalam dunia serba cepat, serba ringkas, dan serba efektif.
Pentigraf tergolong flash fiction. Karena pendek, pentigraf akan berfokus pada satu alur, satu tokoh sentral dengan beberapa tokoh penunjang, dan satu tema sentral, berbeda dengan novel yang dapat mengembangkan beberapa plot dengan subtema, melalui banyak tokoh yang menonjol.

Pentigraf hanya terdiri atas tiga paragraf. Pentigrafis harus memanfaatkan ruang tiga paragraf itu secara efektif, hanya berisi satu ide pokok, tidak kurang atau lebih. Jadi, jika pentigraf itu hanya memiliki ruang tiga paragraf, maka hanya terdapat tiga ide pokok. Hal ini tentu tidak mudah, terlebih bagi penulis yang terbiasa atau suka menulis panjang-panjang.

Para pentigrafis harus membayangkan ide paragraf pertama itu apa, ide paragraf kedua harus bagaimana, dan ide paragraf ketiga akan seperti apa. Khusus untuk paragraf ketiga seorang pentigrafis harus mampu menciptakan ketakterdugaan. Ketakterdugaan itu yang akan melahirkan efek rasa tertentu dalam diri pembaca. Baik rasa kecewa, marah, atau terkejut saat akhir cerita itu tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan.

Dalam perjalanan waktu bentuk pentigraf semakin sempurna sampai memiliki konstruksi teksnya dengan ciri-ciri tertentu.

Secara umum ciri-ciri pentigraf sebagai berikut:

1. Terdiri atas hanya 3 paragraf.

2. Format paragraf harus sesuai dengan konsep paragraf yang ideal yaitu hanya berisi satu ide pokok.

3. Panjang pentigraf sekitar 210 kata

4. Berfokus hanya pada persoalan sang tokoh.

5. Elemen narasi yang terdiri atas tokoh, alur, dan latar harus berkelindan secara kompak mendukung tema.

6. Terdapat kejutan atau ketakterdugaan pada peragraf ketiga.

7. Hanya boleh terdapat satu kalimat langsung dalam setiap paragraf.



Contoh:

Menanti Ramadhan

Maya Fasindah

Beberapa hari lagi bulan Ramadhan tiba, aku harus benar-benar melakukan persiapan. Karena ini adalah bulan yang penuh kemuliaan, keberkahan, pengharapan dan penuh ampunan. Bulan yang dinanti-nanti seluruh umat muslim, karena itu rumah harus dibersihkan, mukena dan sajadah harus bersih saat taraweh, menu masakan juga harus komplit lengkap dengan buah-buahan karena buah-buahan dipercaya dapat menambah stamina tubuh plus jauh dari dehidrasi.

Tiap malam disunahkan taraweh dan tadarus, membaca alquran bersama-sama. Tak hanya aku, anak-anak juga sangat senang dengan Ramadhan. Bagi mereka Ramadahan sangat berarti; sahur bersama, bersenda gurau menunggu berbuka lapar pun jadi indah, Takjil menjadi pelengkap manis di meja makan seolah tersenyum ingin segera disantap.

Begitu juga dengan diriku, sangat menanti Ramadhan. Makan bersama dengan lauk seadanya, terkadang juga berbuka hanya dengan segelas air putih. Meskipun begitu aku sangat senang. Sesekali ku pandangi jam yang ada di ruang tamu, tepat pukul 18.18 WIB. Ku buka pintu dan suara Ibu mengagetkan ku. “Masih menanti Ramadhan?”

























Maya Fasindah
Blog seorang guru dan alhamdulillah seorang penulis yang masih terus belajar dan belajar.

Related Posts

Posting Komentar