..

Harmonika Sang Guru

9 komentar


Menjadi seorang guru merupakan cita-citaku sejak duduk di bangku MAN (Madrasah Aliyah Negeri) setara dengan SMU atau SMK, dan Alhamdulillah Allah mengabulkannya. Bagiku tidak semua orang berkesempatan menjadi guru, guru yang sebenarnya. Maksudnya sosok seorang guru yang benar-benar digugu lan ditiru ( guru dalam bahasa Jawa merupakan akronim dari “sing digugu lan ditiru” ) artinya orang yang dipercaya dan diikuti, bukan hanya tanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu, guru juga mendidik moral,etika, integritas dan karakter. Martin Luther Jr menyatakan, “Intelegence plus character, that is the true goal of education.”


 

Apakah aku termasuk guru itu? Belum tentu. Saat ini yang kulakukan adalah memberikan yang terbaik dari yang baik untuk mereka. Ibarat masakan, jika tidak ada garam maka akan terasa hambar. Begitu juga mengajar, jika tidak ada yang unik maka tidak ada tantangan. Mereka yang termasuk kategori mengganggu teman, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidur di kelas, keluar masuk kelas, bahkan ada yang menantang sang guru untuk mengajaknya berkelahi. Mereka ini termasuk anak-anak yang “unik” anak-anak yang benar-benar perlu mendapat perhatian khusus dari kita. Bukan tidak mungkin mereka yang unik adalah mereka yang meminta perhatian, mereka yang butuh kasih sayang dan mereka jugalah yang suatu saat nanti membuatmu bangga bahwa kita pernah menjadi salah satu bagiannya.

Dihadapan anak murid yang sulit menerima pelajaran, ingatlah saat mereka bisa menyelesaikan soal-soal pada kesempatan lain. Ketika mereka berulah dan ngeles dengan alas an-alasannya yang absurd, ingatlah saat mereka membuat kita tertawa riang, ketika mereka menjawab soal dengan jawaban yang tidak sesuai dengan harapan kita, ingatlah bahwa mereka mampu membuat kita kagum dengan keterampilannya yang luar biasa.

Dan ketika semua nasihat sudah kita berikan, semua teknik sudah kita lakukan, namun tidak mendapatkan hasil, yang kita lakukan untuk terakhir kalinya adalah doa, bukankah sebagai seorang guru kita sudah terbiasa melakukan tiga hal berikut: beri teladan, dampingi, dan doakan. Semua itu tergantung kita, sang guru bagaimana berproses dan bagaimana pula hasilnya. Tidak sekarang mungkin nanti. Tidak tahun ini mungkin beberapa tahun kedepan. Pandanglah keluar kelas, kita masih bisa menatap langit biru, daun-daun ataupun bunga-bunga yang berwarna, indah seindah kehidupan mereka kelak.

Jika kita berharap bisa memintarkan murid, kelak kita akan kesal jika mereka tidak pintar. Lakukan saja tugas mendidik dengan baik, dengan hati yang gembira. Ketika kita mulai jenuh, bosan, mulai sedih, carilah alasan sebanyak mungkin untuk kembali bergembira. Caranya adalah dengan bersyukur. Syukuri apapun kondisi murid kita, sebab mereka adalah amanah yang harus kita jaga. Jadilah guru yang selalu berbahagia, selalu bersyukur. Ciptakanlah rasa harmonis antara guru dan siswa.

Keharmonisan guru dan siswa layaknya keluarga yang selalu berbahagia apa pun dan bagaimana pun keadaannya. Rasa harmonis muncul jika telah tercipta kedekatan hati, sehingga tujuan kita mendidik dapat dicapai dengan optimal. Guru harus menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan selama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) bagi para siswa di dalam kelas. Di luar kelas pun guru harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan siswa seperti membantu mereka dalam kesulitan belajar dan menangani permasalahan yang terjadi serta memberikan solusinya.

Terkadang untuk menjaga image guru, kita lupa bertanya pada mereka bahwa sebenarnya mereka menyukai cara mengajar kita atau tidak. Saya mengajar bidang studi Bahasa Indonesia, pernah suatu ketika beberapa murid berkomentar bahwa mereka sama sekali tidak menyukai pelajaran itu. Namun saya mencoba dan terus mencoba hingga akhirnya menemukan metode-metode yang tepat buat mereka, saya mencoba mencari cara dengan bertanya pada mereka tentang bagaimana cara saya mengajar dan cara mereka belajar, hingga suatu ketika salah satu murid bertanya kepada saya “Mis, buat apa sih mis capek-capek nanyain kami mau cara belajar seperti apa, mau permainan yang bagaimana, mis harus buat ini, itu, dsb.” Lantas saya menjawab “Semua ini mis lakukan agar kalian tetap betah belajar dalam kelas dan tidak membosankan.” Sebagai seorang guru saya tidak menuntut mereka untuk mendapatkan nilai yang bagus, yang terpenting adalah mereka memahami apa maksud dari pelajaran yang saya ajarkan dan mereka mampu menerapkannya dalam kehidupan. Kami bermain, bercerita, berperan, menyanyi, dsb. Ini semua harus kita lakukan dengan hati yang ikhlas, jika hati sudah ikhlas, maka semuanya akan terasa ringan.

Tugas dan tanggung jawab guru tidaklah mudah, namun semua akan terasa mudah jika kita mau mengubah cara mengajar yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Pernah suatu ketika saya mengubah metode menghapal menjadi sebuah nyanyian. Secara tidak langsung mereka menghapalkan materi yang saya minta, dan Alhamdulillah mereka melakukannya dengan senang hati. Bahkan beberapa diantara mereka sengaja membuat video dirumah demi mengembangkan potensi dan bakat mereka pada bidangnya.

Ibarat harmonika, setiap tiupan akan menghasilkan nada yang berbeda-beda. Namun perbedaan nada itulah yang menghasilkan sebuah lagu yang indah dan asyik didengar sehingga kita betah berlama-lama untuk mendengarkannya. Seperti itulah kita, tiap anak memiliki pola dan tingkah laku yang berbeda-beda, namun jika kita mampu memadukannya dengan sentuhan yang berbeda, maka semuanya akan terasa ringan sehingga hasil yang kita ajarkan menjadi optimal.

Jika kita telah menjadi guru yang bahagia, otomatis hidup harmonis dan hidup rukun bersama telah kita jalankan. Maka jadilah guru yang selalu berbahagia ya. Caranya? Selalulah bersyukur. Ini nasehat klise, tetapi cocok sepanjang masa. Jadikan setiap tantangan sebagai tiket kita ke surge. Selamat menjadi guru yang bebahagia ya. Ciptakan keindahan setiap hari. Dengan terus merawat rasa syukur.




Maya Fasindah
Blog seorang guru dan alhamdulillah seorang penulis yang masih terus belajar dan belajar.

Related Posts

9 komentar

  1. Benar sekali, sy sependapat. Tugs guru mngajar mndidik, selebohnya kt serahkan kpd yg maha pemilik penciptanya

    BalasHapus
  2. MasyaAllah, tulisan Mis benar-benar relate sama pengalamanku yang pernah menjadi siswi. Emg iya sih, kalau guru yg ngajarnya benar-benar ikhlas pasti anak muridnya juga ikut semangat belajar

    BalasHapus
  3. Suara hati seorang guru.. teringat saat masih ngajar di MTs dulu. Tak hanya mengajar, juga harus bisa menjadi teman curhat para siswa.

    BalasHapus
  4. Guru yg mendidik dgn tulus ikhlas pasti hasil didikannya baik, selamat mendidik siswa siswi penerus bangsa ya mba....

    BalasHapus
  5. guru adalah profesi yang mulia, jasanya tidak terkira untu mencetak anak didiknya

    BalasHapus
  6. Wah, rasanya mau deh jadi muridnya Kak Maya. Dulu saya termasuk murid unik yang sering banget di hukum, he-he-he

    Beberapa guru lebih mendikte anak didik bukan menyelami karakter mereka. Sehingga apa yang disampaikan sang guru tidak sampai ke mereka. Semoga guru-guru seperti Kak Maya semakin banyak. Aamiin

    BalasHapus
  7. Bener bgt kak sebagai seorang pendidik kita harus bisa menemukan dan mengembangkan suatu metode pembelajaran sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didiknya. Semangat untuk terus menjadi pahlawan pendidikan ya kak. Ceritanya sangat bagus dan menginspirasi.

    BalasHapus
  8. menarik sekali, dan harusnya guru harus seperti kak Maya

    BalasHapus
  9. selalu salut dan kagum pada teman-teman yang berprofesi Guru

    BalasHapus

Posting Komentar